Mohon tunggu...
Athalia Dias
Athalia Dias Mohon Tunggu... Guru - Dias Ayu Ambarsari

Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelatihan Penerapan Pola Tanam "Jejer Legowo" Dapat Meningkatkan Produktivitas Petani

11 April 2019   05:30 Diperbarui: 11 April 2019   10:49 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola tanam dibidang pertanian menjadi hal yang sering diperhatikan oleh petani dalam mengolah lahannya. Pola tanam digunakan untuk mengatur posisi tata letak atau mengurutkan tanaman disuatu lahan selama periode waktu tertentu atau selama musim taman tertentu. Pola tanam yang ideal pastinya memperhatikan kondisi lingkungan setempat. 

Seperti memperhatikan pemilihan komoditas terhadap kondisi ketersediaan air yang ada, pengaruh iklim disuatu daerah, maupun curah hujan daerah tersebut. Petani tentu pastinya ingin memiliki hasil produksi yang meningkat dan menguntungkan untuk usahanya. Jenis pola penanaman yang digunakan petani ada 2 yaitu pola tanam monokultur dan polikultur. 

Pola tanam monokultur adalah pola tanam yang digunakan petani dengan menanam tanaman sejenis dilahannya. Sedangkan pola tanam polikultur adalah pola tanam yang digunakan petani dengan menanam banyak jenis dilahannya. 

Pola tanam jajar legowo ini menggunakan pola tanam monokulktur di lahannya dengan menggunakan jarak tertentu. Pada tulisan ini membahas pola tanam jejer legowo dengan komoditas padi didalamnya.

Penanaman padi di sawah dengan pola tanam legowo ini sangat mempermudah petani dalam mengoptimalkan produktivitasnya. Sistem pola tanam jejer legowo ini memili prinsip dengan memberikan jarak tanam yang berselang atau diselilingi dengan barisan kosong dengan ukuran setengah kali jarak tanam antar barisan penanaman. 

Sistem ini dikenal dengan pola tanam yang berselang. Istilah legowo berasal dari bahasa Jawa, yang diserap dari kata "lego" yang berarti luas dan "dowo" yang berarti memanjang. Sehingga jika diartikan memiliki makna menaman tanaman berbaris memanjang dengan selingan barisan kosong didalamnya. Setiap dua baris tanaman dinuatnya 1 jalur parit atau jalur kosong. Misalnya dalam suatu sawah menerapkan sistem jejer legowo dengan perbandingan 2:1 dalam populasi penanamannya.

Formasi 2:1 yang dimaksud adalah pengaturan  jarak tanam padi. Penanaman bibit padi ini dilakukan dengan berselang-seling dengan 2 baris tanam dan 1 baris kosong, dan begitu seterusnya. Jarak baris antar tanaman misalnya 20 cm, sedangkan baris kosong 40 cm, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm - 15 cm tergantung dari kesuburan tanahnya. 

Sehingga pengaturan jarak tanam ini sangat optimal, barisan kosong ini digunakan agar terjadi interaksi faktor biotik yang berkaitan.  

Dengan terjadinya rantai makanan dan jaring makanan yang luas di ekosistem sawah memberikan dampak yang menguntungkan karena ada perpindahan energi dari prosuden, konsumen, dan dekomposer yang ada di sawah. Penyediaan barisan kosong salah satunya diperuntukan untuk pengaturan air. Penyediaan air irigasi yang tepat dan benar dapat menunjang peningkatan produksi padi.

Dalam lahan kosong tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan mina padi. Mina padi merupakan bentuk usaha tani dengan memanfaatkan genangan air sawah ditanami padi sebagai kolam. 

Barisan kosong itu dapat dilakukan budidaya sebagai kolam ikan. Dengan pemeliharaan ikan didalamnya dapat meningkatakan sistem hasil pertanian dan pendapatan petani, meningkatkan kesuburan tanah dan air, dan mengurangi hama penyakit yang ada. Lorong di swah juga dapat berfungsi sebagai tempat ikan berlindung ketika cuaca panas atau air surut. 

Penyebaran benih ikan dilakukan 30 hari setelah penanaman padi yang bertujuan untuk menghindari pupuk yang ada didalam tanah. Jenis ikan yang digunakan adalah ikan yang berwarna gelap dan penebarannya dianjurkan dilakukan saat sore hari secara perlahan agar ikan yang dibudidayakan tidak mengalami stress akibat perubahan lingkungan. Sehingga terjadi kombinasi antara sistem pola tanam jejer legowo dan mina padi.

Sistem jejer legowo ini tidak hanya dengan perbandingan 2:1, ada juga dengan pola tanam 3:1 yang artinya 3 baris tanam dengan 1 baris kosong, dan juga ada pola 4:1 yang artinya 4 baris tanam dengan 1 baris kosong. Pada sistem jejer legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50% sehingga mendapat cahaya lebih banyak. Sehingga fotosintesis berlangsung sempurna dikarenkan rumpun tanaman dikondisikan berada pada bagian pinggir dengan ada jarak antar barisan tanaman.

Kelebihan menggunakan sistem jejer legowo ini yaitu :

  • Dapat mengoptimalkan fungsi lahan sebagai tempat penanaman dan budidaya ternak ikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
  • Dapat menghemat faktor kebutuhan petani seperti pupuk dan bibit tanam yang digunakan.
  • Dapat mengurangi dampak OPT (Organisme Penganggu Tanaman) sehingga pengendaliannya mudah dilakukan.
  • Dapat meningkatkan produksi populasi tanaman padi sebesar 30%  sehingga meningkatkan hasil panen yang optimal.

Kelemahan dalam penerapan sistem ini hanya pada pola pemikiran petani yang mungkin belum dapat memahami. Sehingga dengan memberikan pemahaman dan pelatihan secara lebih dalam dan luas diharapkan petani dapat menerapkan sistem ini dengan baik. Sehingga banyak petani yang memiliki hasil produktivitas yang tinggi.

Dari pemaparan tulisan ini dapat disimpulan bahwa penenerapan pola tanam sistem jejer legowo dapat meningkatkan produktivitas petani. Dengan mengatur jarak penanaman dan jarak barisan kosong, dengan menggunakan perbandingan 2:1, maupun 3:1, dan 4:1, dan seterusnya. Penggunaan jarak barisan kosong ini memiliki tujuan untuk mengatur keterediaan air irigasi dan memberikan peluang untuk melakukan mina padi. 

Penenerapan sistem ini juga dapat mengurangi penggunaan pupuk dan benih yang digunakan. Penggunaan sistem ini relatif dapat mengurangi hama dan penyakit yang menyerang sehingga pengendalian OPT dilakukan dengan mudah. Serta pemanfaatan cahaya matahari yang optimal karena tanaman menjadi diposisi pinggir sehingga proses fotosintesis menjadi tinggi.

Sumber Pustaka :

Guntoro, Suprio. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka.

Trubus Swadaya. 2013. Kiat Tingkatkan Produksi Padi. Surabaya: Trubus.

Salam Kasih, 

Dias Ayu Ambarsari :) 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun