Senja mulai larut
Matahari ingsut ke peraduan
Lalu lalang mesin-mesin beroda mengubah lengang menjadi riuh
Sesak di jalan utama terasa lega saat tiba di persimpangan
Lapang yang jarang ada memangkas gelisah
"Kau ada di mana?" tanyaku ingin tahu
"Di hatimu," jawabmu berkelakar
Lalu pesan demi pesan berloncatan merebut perhatian
Mimpi-mimpi bermekaran hingga tak muat dada menampung gelora
Lalu kita hanyut dalam asmara yang naif
Pengamen jalanan bersuara parau tak hirau lantunkan sumbang di tengah udara berdebu
Tak masuk angin dia
Mulut terus menganga diiring petikan jari seadanyaÂ
Sementara angin berembus semakin dingin, menampung lagu-lagu cinta beraroma tembakauÂ
Kau ingatkah persimpangan ini?
Tempat dimana kau bimbang kemana akan menautkan hati
Dan jalan lempang di hadapan tak nampak lagi
Kau hilang arah kini
Sorot lampu jalan silau menghalau pandangan
Satu persatu langkah yang terlewati berakhir di sebuah trotoar
Aroma masakan menguar dari warung-warung tenda
Angin masih sibuk mengibas-ngibaskan daun di tepi tanah lapang, saat anak-anak jalanan bebas berlarian
"Kau, di mana?" Kembali aku bertanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H