Mohon tunggu...
Ayu Ningtyas
Ayu Ningtyas Mohon Tunggu... Guru - A life traveller

Adventuring, writing, and celebrating

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Hampir Malam di Simpang Lima

21 Agustus 2019   14:58 Diperbarui: 21 Agustus 2019   20:04 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja mulai larut
Matahari ingsut ke peraduan
Lalu lalang mesin-mesin beroda mengubah lengang menjadi riuh
Sesak di jalan utama terasa lega saat tiba di persimpangan
Lapang yang jarang ada memangkas gelisah

"Kau ada di mana?" tanyaku ingin tahu
"Di hatimu," jawabmu berkelakar
Lalu pesan demi pesan berloncatan merebut perhatian
Mimpi-mimpi bermekaran hingga tak muat dada menampung gelora
Lalu kita hanyut dalam asmara yang naif

Pengamen jalanan bersuara parau tak hirau lantunkan sumbang di tengah udara berdebu
Tak masuk angin dia
Mulut terus menganga diiring petikan jari seadanya 
Sementara angin berembus semakin dingin, menampung lagu-lagu cinta beraroma tembakau 

Kau ingatkah persimpangan ini?
Tempat dimana kau bimbang kemana akan menautkan hati
Dan jalan lempang di hadapan tak nampak lagi
Kau hilang arah kini

Sorot lampu jalan silau menghalau pandangan
Satu persatu langkah yang terlewati berakhir di sebuah trotoar
Aroma masakan menguar dari warung-warung tenda
Angin masih sibuk mengibas-ngibaskan daun di tepi tanah lapang, saat anak-anak jalanan bebas berlarian

"Kau, di mana?" Kembali aku bertanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun