Piknik adalah kesenangan dan kenikmatan. Walau kebahagiaan berbeda dengan kesenangan. Tapi kesenangan bisa berubah arah menjadi kebahagiaan, ketika kesenangan yang kita dapatkan itu tak lepas dari campur tangan Tuhan untuk selalu bersyukur, apapun kejadian yang kita terima. Hampir semua orang menyamakan antara kesenangan dan kebahagiaan. Dan bagi sebagian orang, ada yang mengatakan bahwa piknik juga membuat kesenangan kita. Terutama piknik bareng teman seperjalanan terlebih bersama keluarga.
Piknik atau yang sering saya sebut sebagai traveling, sekarang ini begitu fenomenal, kenapa? Karena hampir semua destinasi wisata yang ada selalu penuh, ramai dan menggeliat. Efeknya adalah menguntungkan bagi ekonomi lokal. Dan konsuekwensi logisnya adalah, perubahan kultur dari masyarakat setempat. Suku Baduy di Banten misalnya. Itu semua merupakan imbas dari begitu fenomenalnya arus piknik dari kota ke desa (tempat-tempat destinasi wisata)
Nah, berkait dengan efek ekonomi bagi masyarakat sekitar itu, sejatinya memperoleh manfaat dengan wajar dan tidak menggetok harga yang justru membuat konsumen atau para pengunjung merasa kapok dan justru, itu merugikan daerah wisata itu sendiri.  Dan ada baiknya juga tempat wisata itu di buat dan diajarkan cara-cara yang ramah terhadap para pengunjung. Baik yang hendak menginap atau hanya bermain saja.
Ada pengalaman yang ngga sreg,atau kurang menyenangkan ketika kami hendak piknik ke Perkempingan Suaka Elang Loji Bogor. Sebaiknya para operator parkiran disana, bersikap ramah dengan bahasa yang sopan dan wajah yang teduh, walau memang pada saat kami tiba, jam sudah menunjukkan pukul 12.30 lewat. Lagi panas-panasnya boiyyy. Para operator parkir itu begitu menunjukka tampang seramnya dengan gambar di sekujur tubuhnya, membuat kawan kami (dian bungsuw) langsung lemas seperti tak ada tulang. Hahahah. Bahasa yang digunakanpun cenderung keras dan seperti psy war kepada kami para pengunjung. Hanya itu saja sih masukan dari kami.
Jalan dari parkiran menuju lokasi camping ground siang itu, cukup membuat kawan kami (Faisal)  engap dan berisitirahat cukup lama di sebuah rumah terakhir di desa itu. Sebats kami habiskan untuk selanjutkan kami lanjutkan perjalanan menuju hutan pinus nan Asri. Sekarang jalan menuju ke lokasi semangkin panas, dan berbatu. Setelah kita lewati kali dan batuan besar, jalan ebgitu curam dan membuat nafas kami engap lagi. Namun setelah kita lewati jembatan, serangan panas sudah tidak ada berganti dengan medan menanjak. Sau langkah, dua langkah, kami kuatkan untuk terus melangkah. Tak berapa lama kami tiba di pos pendaftaran. Dan disini kami istirahat sejenak. Mengumpulma tenaga-tenaga yang ada untuk mencari lokasi nenda kami. Di pos pendaftaran ini kita, (pengunjung) dikenakan biaya Rp 20.000,- untuk menginap dan Rp 10.000,- untuk hanya sekadar melihat dan berfoto atau menuju air terjun (Curug Cibadak). Istirahat selesai, pendaftaran beres, kami lanjutkan hnting lokasi nenda.
Terakhir, sebelum menutup catatan perjalanan ini saya kutipkan tulisan Pak Haidar Bagir
Salah satu tip untuk tetap dapat merasakan ketenangan dan kedamaian di tengah-tengah kesibukan dan ketergesaan kehidupan modern adalah dengan terus menyediakan momen-momen hening dalam kehidupan kita sehari-hari... Mendekatkan diri kepada Tuhan juga bisa dilakukan dengan menikmati pemandangan alam semesta, samudra yang luas, panorama alam seperti pegunungan dan pepohonan, serta langit luas berbintang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H