Gerakan Islam Cinta
Pada tahun 2012 di Jakarta 40 orang mendeklarasikan Gerakan Islam Cinta (GIC) sebagai respons kaum Muslim moderat terhadap fenomena intoleransi dan radikalisme yang mengatasnamakan agama. GIC terbuka bagi siapapun yang percaya bahwa Islam adalah agama cinta (rahmah), damai (salam) dan welas asih.
40 orang tersebut kami berinisiatif untuk mendirikan sebuah organisasi yang kami sebut sebagai Gerakan Islam Cinta (GIC). Sengaja dipergunakan kata Gerakan untuk menegaskan niat bahwa, betapapun akan menjadikan cinta sebagai basis setiap kegiatannya, organisasi ini akan bersikap aktif dalam melancarkan upaya-upaya, baik dalam mewujudkan pergeseran paradigma dalam memahami dan menghayati Islam, maupun dalam mengambil langkah-langkah mewujudkan cinta-kasih dalam kehidupan kemasyarakatan, khususnya di negeri kita.
Islam Cinta dalam kampanyenya selalu mengadakan festival-festival, Gerkan Islam juga merubah kata festival menjadi peacetival. Event tersebut banyak sekali pengunjungnya dan jadi ajang untuk memberikan pemahaman tentang makna hakiki tentang apa itu CINTA.
Dalam salah satu potongan sabda Nabi, yang dikutip oleh Imam Ghazali di dalam Ihya', dikatakan bahwa:Â "Cinta adalah asas (ajaran agama)-ku."Dalam al-Qur'an sendiri terdapat lebih dari 20 (dua puluh) kata yang maknanya termasuk sebagai salah satu rumpun makna cinta. Dan tak kurang dari salah satu Imam yang juga cucu sang Nabi, Imam Ja'far al-Shadiq, yang mengatakan: "Apalagi agama itu kalau bukan cinta?!...Agama itu cinta dan cinta itu agama."
Nah, berkait dengan Bulan Ramadan ini, Gerakan Islam Cinta mengadakan sebuah program yaitu "Ramadan Bulan Cinta" dengan dua buah agenda yaitu pertama, Tadarus Buku Islam Cinta IX yang membedah buku Islam Mengasihi Bukan Membenci Karya Nurul Maarif dan yang kedua adalah Pentas Puisi Karya Jalaluddin Rumi dari buku Pak Haidar Bagir yang berjudul Belajar Hidup Dari Rumi.Peserta yang datang dalam acara tersebut begitu antusias. rata-rata yang hadir adalah para Mahasiswa dari berbagai kampus, antara lain dai UIN Jakarta dan STF Sadra. Â
Dalam kesempatan tersebut banyak para mahasiswa yang melihat dari kacamata mereka bahwa, "Kok Islam yang sekarang ini tampil dengan wajah yang keras, tidak mencerminkan islam yang welas asihnya. Nah melalui Tadarus buku ini, banyak sekali manfaat yang di dapatkan oleh para peserta. bahwa masih ada secercah harapan akan tampilnya wajah Islam yang Welas Asih.Â
"Orang suci" dari Timur ini---yang sejak bocah diramalkan oleh Fariduddin Attar akan menjadi orang masyhur yang akan menyalakan api gairah ketuhanan ke seluruh dunia---oleh Unesco digambarkan sebagai  "seorang humanis, filosof, dan penyair besar milik semua umat manusia". Namanya memang melekat abadi di hati banyak warga dunia,  tak peduali apa pun agamanya, karena kemilau syair dan kandungannya yang menghunjam relung kesadaran.
Begitu dahsyatnya cinta sehingga -- seperti dikatakan kaum 'ulama' -- cinta meruntuhkan kesombongan dan membuat penderitanya tak segan merendahkan diri, merupakan sumber kekuatan dan pemusatan perhatian yang tak terbagi, melembutkan hati, menghilangkan pamrih pribadi, serta menjadikan orang dermawan dan penuh pemaafan.Â
DIA Tak Ada di Tempat Lain
Salib dan umat Kristen,
Ujung ke ujung, telah kuuji
Dia tak disalib
Kupergi ke kuil HIndu, ke Pagoda kuno
Tiada tanda apa saja di dalamnya...
Nuju ke pegunungan Herat kumelangkah,
dan ke Kandahar kumemandang
Dia tak di dataran tinggi
Tak pula di dataran rendah...
Kupergi puncak gunung Kaf yang menakjubkan
Yang ada cuma tempat tinggal burung Anqa
Kutanya pula Bu Ali Sina,
Tiada JAwaban, sama saja...
Kupergi Ka'bah di Makkah
Dia tak di sana
Lalu kujenguk dalam hatiku sendiri
Di situ kulihat diri-Nya
di situ
Tak tempat lain
-Rumi.
Akhirnya memang hanya hati kita yang akan membawa ketenangan dalam menjalani hidup ini. dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuraninmu berbicara.
aymara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H