Selamat tidur wahai Sindara
Biarkan kami mengerti hikmah pendakian kali ini
***
Subuh seakan menabuh. Satu persatu pendaki bersiap menyambut mentari. Kami bergegas untuk mengabadikan pagi di tanah tertinggi. Tak semuanya pergi, sebagian tetap di tenda menjaga Fara yang mulai pulih keadaannya.
Puncak Gunung Sindara memiliki luas setara tujuh lapangan sepak bola. Di puncak ini, terdapat kawah aktif di sisi barat laut menghadap ke selatan. Dari puncak, terlihat dengan gagah Gunung Sumbing yang dipercayai masyarakat setempat sebagai gunung kembaran sindara. Di tanah tertinggi, terlihat banyak pendaki lainnya meski saat mendaki kemarin, kami tak melihat mereka. Ya, karena kebanyakan para pendaki, memilih jalur yang berbeda dari jalur yang kami tempuh untuk ke puncak gunung ini.
Sesi photo dilakoni, semua pose diikuti. Komunitas ini begitu solid terlihat dari keceriaan mereka yang tampak sangat akrab. Kawah sindara memiliki margin yang lebar, sehingga berjalan memutarinya tak kuatir terjatuh ke dalamnya. Menikmati puncak, mensyukuri nikmat. Seperti inilah agenda yang biasa diperbuat para pendaki.
Lama kami menghabiskan waktu bersama di puncak ini. Dirasakan telah cukup kamipun kembali ke tenda untuk menyiapkan makan pagi dan aktivitas lainnya. Perjalanan kembali ke tenda masih melewati hamparan bunga-bunga yang indah. Dan sebagian tak menyia-nyiakan moment indah untuk berphoto lagi sejenak.
Sesampainya di tenda, ada pemandangan yang melegakan. Fara yang berjuang semalam, kini sudah tersenyum riang sambil memasak menyiapkan sarapan. Fara telah kembali dengan candanya yang menghibur hati. Semua sayuran yang kami siapkan sebelumnya, diolah menjadi menu pagi yang istimewa. Selamat pagi Fara. Fara sudah tersenyum dan bisa beraktivitas seperti semula. Setelah menikmati sarapan pagi, kami berkemas untuk kembali menuju awal pendakian sebelumnya.
Senyum ituBegitu indah
Mengalahkan indahnya
Bunga-bunga di Puncak Sindara
Lihat Trip Selengkapnya