Setelah puas, dan pastinya kita ngobrol-ngobrol, saya ucapkan keinginanku untuk naik gunung, yaaaaaaaaah, ternyata dia tidak suka naik gunung dan mengatakan jika nanti dia akan mencari orang yang bisa mengantarku naik gunung, Irul namanya.Â
3-5ac74128dd0fa82ecd4f3ea2.jpg
Katanya, Irul ini adalah anak yang masih sekolah, namun begitu giat dia mendaki gunung. Sudah beberapa gunung yang ia daki. Waw. Iyakan, asik kan. Ada aja jalannya ketika kita sudah punya niat.
Saya menunggu Irul di warung di sekitar Curug Bajing. Setelah di telepon, Irul masih di sekolah dan setelah pulang sekolah ia segera akan melucur ke tempat di mana kami ngopi. Seperti biasa, jabat tangan, saling tukar cerita dan mengajak saya ke rumahnya untuk istirahat sejenak.Â
Saya katakan bahwa hendak naik gunung Rogojembangan, sayang seribu sayiang, bahwa Gunung Rogojembangan pada saat itu, cuaca kurang bersahabat dan sudah sore, serta tidak ada yang mendaki, hanya saya sendirian saja, akhirnya putar haluan dan di sarankan untuk menuju Puncak Batu. Kepalang tanggung, perjalanan ke Puncak  Tugu saya setujuin saja, lha wong sing penting jalan kaki, ngopi + nenda di ketinggian di antara kabut dan hutan.
dscn1091-jpg-5ac742bacbe523772761c032.jpg
Saya diberitahukan akan berangkat sore hari, karena akan bareng dengan anak-anak atlantis. Hujan deras rupanya ketika kami hendak jalan. Mobil sudah siap dan kamipun siap, walau hujan menerjang. Hujan mampu kami lewati, waktunya kami siap-siap untuk berjuang menuju Puncak Tugu.
7-5ac5f4ceab12ae686700d263.jpg
6-5ac742b1cf01b47758175422.jpg
Setelah melewati jalan raya, kami dihadapkan pada sebuah jalan setapak menuju hutan. Kami lalui jalan setapak itu. Memasuki hutan yang lebat, membuat jiwa semakin bergairah, bergelora.Â
Tanjakan dan medan yang kulalui kulahap dengan senyuman dan pastinya gumaman lagu Bang Iwan yang menemani pendakianku. Sekira dua atau tiga jam kami tiba di Puncak Batu, seperti biasa, mendirikan tenda untuk tempat tidur kami nanti malam.Â
9-5ac74280cbe5233ccf3a7672.jpg
Kalau saya, tak lupa ritual narkopian bareng Irul. Esok paginya kami sudah beres-beres untuk pulang dan saya menuju Jakarta, Irul mengantar saya menggunakan motor ke Pasar Doro dan karena kebetulan sedang musim duren, jadilah kita beri duren sebanyak3-4 buah.Â
5-5ac742a0cbe523770d161983.jpg
Dan sayapun akhirnya kembali ke Jakarta. Nah saya ada pertanyaan nih? Kentang, kentang apa yang dingin? Hayoooo..ngga tau, ngga tau, kentangkuban perahu naik motor ujan-ujan, telanjang, ngebut pulak... hahaha, intermezzo kawan.
Saat menemaniku, Irul pernah bercerita bahwa ia ingin menjadi petani di desanya, dan dia sudah bergabung dengan 5-6 orang temannya untuk menggarap lahan. Pemikiran yang luar biasa dari seorang anak SMA pada saat itu, namun sepertinya sekarang Irul sedang mengembangkan bisnis kopinya di sana, karena kopi Petung Kriyono sedang bergeliat menuju pasar nasional. Sekali lagi terima kasih Irul, kapan kita bisa ngopi-ngopi lagi. Â Â
Cat: Semua foto adalah dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya