Saya diarahkan untuk menaiki mobil bak terbuka, yang bahasa sananya adalah doplak. Lama kawan nunggunya, karena mobil ini ngetem dulu untuk menunggu penumpang yang lain.Â
Akhirnya doplak bergerak perlahan, jadi teringat pada masa muda dulu, ketika naik Gunung Slamet menuju kaki Gunung Bambangan, sama persis. Mata kita bebas liar melihat pemandangan yang tersedia. Ini juga yang ku rasakan, bahwa Pekalongan mempunyai hutan yang masih begitu terjaga.Â
Eksotis dan jika beruntung kita bisa menemukan Owa Jawa bergelantungan di hutan Petung Kriyono ini. Jalan berkelok-kelok namun tidak membosankan kawan, disamping bebas merokok, juga pemandangan dan udara yang sejuk membuat otak dan badan kita fresh, u have to try this. Saya bingung, entah ke mana tujuan akhirku, yang saya tahu ketika ingin mendaki Gunung Rogojembangan, turun di desa terakhir dan nanti masih naik ojek lagi, kata penumpang yang saya tanya tadi, whatsssssssss.Â
Saya masih terus berpikir ketika doplak sudah memasuki kampung-kampung, sampai mata lamat-lamat melihat ada sebuah tulisan basecamp pendakian. Nah ini.Â
Tanpa pikir panjang lagi, saya memutuskan untuk turun dan mampir ke basecamp itu, jiaaaah, sebuah basecamp yang kebetulan lagi sepi. Ketika mengucapkan salam dan ngomong mengenai tujuanku, sang tuan rumah sedang tidak ada, akhirnya saya dikenalkan oleh seorang anak muda disana, dan dialah yang mengantarkanku untuk mengesplore Petung Kiyono...see...see..see. ini yang kubilang di atas tadi, bahwa akan ada saja pertolongan ketika kita hendak mengeksplorasi nusantara, kawan.
Bahasa, tidak melulu harus bahasa kata kawan, gesture, symbol, semesta dan juga +, -, tangent, cotangent dan sebagianya itu semua adalah bahasa. Semesta mengajarkan kepada kita bahwa semua yang ada di bumi dan di langit ini adalah sebuah bahasa dan ayat-ayat yang bisa kita petik atau ambil pelajarannya. Seperti  dialog ikal dan weh di dalam buku Edensor.
"Tahukah engkau, Ikal...?
"Langit adalah Kitab Terbentang....?
"Sejak masa Azoikum, ketika kehidupan belum muncul, langit telah mencatat semua kejadian di muka bumi ......"
Begitu juga dengan saya dan kawan baruku ini, kami langsung akrab dan dia dengan senang hati mengantarkan saya mengeksplorasi Curug Bajing dengan mengendarai motornya. Seru kawan.Â
Saya melewati beberapa jalan dan semuanya terasa nikmati. Tibalah di Curug Bajing. Saya begitu menikmati curug ini. Narsis, bolehlah dan yang penting jangan ketinggalan foto view-nya. Karena barang siapa yang tidak mau di foto dia akan hilang ditelan sejarah. Saya ngga tau ini kutipan siapa mungkin KHI punya atau siapalah, tapi yang pasti bukan kutipanku.Â