Perjalanan dari Jakarta ke Pekalongan saya tempuh dengan menggunakan jasa kereta, bagi sebagian orang termasuk saya, yang merokok akan menyiksa. karena kereta sekarang ini sudah jauh lebih manusiawi bagi kita semua, dan sangat disenangi oleh mereka yang tidak merokok, tetapi bagi kita yang merokok, aaaah sudahlah.Â
Mbok ya, PT KAI memberikan space atau smooking area di dalam kereta gitu lho. memang di stasiun-stasiun kereta ada smooking area, tapi di dalam keretanya sendiri?Mungkin bisa disediakan satu gerbong khusus untuk para perokok, hahaha, mesti banyak yang setuju sama ideku ini.Â
Tiba di Pekalongan sekitar subuh, setelah menikmati perjalanan sekiraR 5-6 jam. Istirahat sejenak di Stasiun Sembari #narkopian pastinya. Menunggu agak terangan baru menuju sebuah pantai yang letaknya tak jauh dari stasiun. Dengan menggunakan ojek saya tiba di pantai itu, Pantai Pasir Kencana namanya. Sepi, sunyi belum ada aktivitas apapun di sana. Ya iyalah, lha wong masih pagi.
Menikmati pantai sebentar, lanjut entah mau ke mana. Browsing sebentar, akhirnya saya putuskan untuk ke Museum Batik. Ya perjalanan menuju ke sana seperti biasa, tanya sana dan sini, naik angkot, naik becak dan jalan kaki diantara truk-truk besar.Â
Yang menarik di dalam foto itu ada sepasang patung yang menurutku epik Jepret dan taraaaa... patung aja pasangan, masa kamu ngga, truck saja gandengan, masa kamu ngga, ATM saja bersama, masa kamu ngga.. hahaha lanjut...
Dekat museum, ada plank BATIK, yang sepertinya menjadi ikon Pekalongan (bisa di ralat) jika saya salah. Oh iya, kuberitahu satu hal kawan, saya juga sempet makan duren. Dan rupanya, Pekalongan juga rupanya sentra durian, karena baru ingat, selain saya ingin naik gunung dan ingin pula menikmati festival durian di sana.Â
Tapi, ah sudahlah. Di Pasar Doro sajalah makan durennya. Oh iya di depan museum itu juga banyak yang jual kopi, jangan lupa ngopi kawan, masih ada kopi diantara kita kan, angkat cangkirmu kawan, tuangkan air kedamaian. Nah kalo di Jakarta, di taman Suropati, yang jual kopi seru juga kawan, saya nyebutnya kopi ngepot, karena berseliwerannya tukang kopi di sana, ngebut pulak. Hahaha.
Tibalah saya di Pasar Doro, sebuah pasar tradisional dengan segala aktivitasnya. Ketika kau hendak bertanya kepada seseorang, lakukan dengan memesan secangkir kopi di warung sekitarnya, maka keakraban dan tujuan kita akan segera kita dapatkan infonya.Â