Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian Gunung Cikuray 2.818 Mdpl Garut; Sebuah Catatan Perjalanan

7 Mei 2013   10:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:58 4339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sembilan adalah angka tertingi dalam bilangan, Dengan sembilan orang kami berangkat menuju satu tujuan, Gunung Cikuray. Gunung yang memang tidak terlalu terkenal dan tidak terlalu tinggi kawan, namun apapun, jika kita hendak mendaki gunung, jangan menganggap remeh, jika di lihat dari ketinggian dan ketidak terkenalannya. tetap saja ia sebuah gunung yang mempunyai khasnya tersendiri, medan yang curam tanpa kita diberi untuk beradaptasi terlebih dahulu adalah medan pertama yang akan kita hadapi. [caption id="attachment_259473" align="alignnone" width="720" caption="MEdan yang akan kita lalui di awal pendakian"][/caption] Kami berkumpul di Pool Primajasa di Cililitan, semua kumpul tepat pukul 22.30 WIB. Kita siap meluncur ke daerah Garut, tepatnya terminal Guntur. Tiba di terminal dini hari dan kita gogoleran di sekitar terminal, tepatnya di masjid yang berada di dalam terminal Guntur sembari menunggu pagi. Karena kami akan melanjutkan perjalanan menuju pemancar tv swasta, ya sebuah awal pendakian untuk menggapai puncak Cikuray. kebun-kebun teh itu begitu luas dan hijau. diselingi kelebatan burung, kamirepacking dan siap untuk berangkat. Dengan semangat menggebu, lagi dan lagi perjalanan kami ini langsung di sambut dengan indahnya hamparan perkebunan teh yang luas. Tapi, yang kubilang di awal tadi, treknya tidak memberi kami sedikitpun untuk beradaptasi dengan medan yang ada, karena kami langsung dihadapkan oleh tanjakan terjal dan tanah merah, dan kami masih semangat. [caption id="attachment_259474" align="alignnone" width="800" caption="Pos Pemancar, tempat kita repacking sebelum benar-benar nanjak"]

13678968211462557487
13678968211462557487
[/caption] [caption id="attachment_259475" align="alignnone" width="800" caption="Hamparan teh yang begitu memanjakan mata kita"]
13678968571212942990
13678968571212942990
[/caption] Namun, memasuki kawasan bibir hutan yang lebat, nafas kami menderu laksana kereta tua. ngikkkk---hhhhuuuuuhuhhhhh...nggggikkkkkk....Tetap kami masih semangat untuk melihat keindahan negeri di atas awan ini. Trek makin menggila, tanjakan terjal, akar belukar ditambah hujan yang lebat membuat kami justru semakin semangat, iringan lagu Bang Iwan masih tetap menemani pendakian ku ini. Semua aral coba kami lawan, kami terjang walau peluh membasahi, tekad yang kuat membuat kami terus jalan, berjalan dan berjalan. Tepat pukul 18.30 WIB kami tiba di Puncak Bayangan, segera dirikan tenda sebelum hujan datang. seperti biasa kami masak dan ritual narkopian tak luput kami lakukan, sekali lagi angkat gelasmu kawan mari kita bersulang. makan malam juga tak ketinggalan dan bercerita di dalam lingkaran tenda adalah hal yang paling mengasikkan. setelah kami rasa cukup bercengkrama dan bercerita satu persatu kami masuk tenda dan zzzzztttttttt. [caption id="attachment_259476" align="alignnone" width="800" caption="Memasak dan ritual narkopian di pos bayangan"]
13678969141892995888
13678969141892995888
[/caption] [caption id="attachment_259477" align="alignnone" width="800" caption="NArkopian lagi ketika dini hari sebelum muncak"]
13678971351810172505
13678971351810172505
[/caption] Pukul 02.00 WIB kami bangun, Ompreng tidak bisa terlelap, hanya di temani alunan Bang Iwan, sehingga diriku juga terbangun. Pukul 02.30 WIB kembali kami menghangatkan tubuh dengan narkopian, Susu Jahe, dan sekali lagi lagi bercerita tentang medan yang baru saja kami lalui.  Keadaan ini cukup menghangatkan karena kami harus menuju puncak pukul 05.00 WIB. Jam 04.30 kami semua terbangun untuk muncak dan menggapai matahari yang baru keluar dari peraduannya.  tepat pukul 05.30 kami semua berangkat. head lamp adalah satu-satunya cahaya yang menerangi pendakian menuju puncak ini. kami berjalan berbaris bagaikan tentara yang siap menyongsong gempuran dari serangan lawan. langkah kami mantab dan yakin. medan batu itu kami lahap dengan gemilang, tanjakan itu sudah bisa kami lalui dengan sukses, karena kami sudah beradaptasi cukup lama dengan medan itu, hahahaha. sekira satu jam perjalanan kam itiba di puncak pukul. [caption id="attachment_259487" align="alignnone" width="800" caption="Pemandangan dari puncak Cikuray"]
13678976971568677400
13678976971568677400
[/caption] Tampak kota garut terlihat jelas. bukit-bukit itu indah dan bergelombang. Garut yang dikenal sebagai swiss van java ini begitu indah. gelombang bukit-bukit itu laksanan jalan tol yang berayun. suasana di puncak itu masih sedikit gelap kawan. kami narsis di sini, foto sana, jepret sini. Tuhan terima kasih atas kesempatan yang Kau berikan kepada kami, karena kami sukses menginjakkan kaki di atas ketinggian ini. begitu berbanding lurusnya antara perjuangan dengan keindah yang di dapat. Kebersamaan yang mengikat erat  Kebersamaan berpadu dengan keindah alam, dan pastinya indahnya kuasa Tuhan. Karena jelas Tuhan menyukai keindahan dibanding kemurkaannya. [caption id="attachment_259486" align="alignnone" width="720" caption="Foto bersama tim Narkopian di Puncak CIkuray"]
13678976671308287770
13678976671308287770
[/caption] Untuk Kang Tege, Ompreng, Kang Sob, Mboiy Nyot, Kang Edi, Umar, Uhcok, dan P(f)aisal saya Thanks atas kebersamaan yang kita lakukan untuk bisa menapaki terjalnya gunung Cikuray ini. srupuuut lagi ah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun