Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belitong, Surga Fotografi; Mantai Sembari Narkopian dalam Hangatnya Keluarga Melayu

5 Juni 2014   22:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:10 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada di benak kawan ketika mendengar nama kota Belitong. aku yakin jawabannya adalah Andrea hirata. Novel tetralogi Laskar Pelangi dan Kopi. ya karena novel itu berkisah tentang sebuah persahabatan, pendidikan, perjuangan pantang menyerah. haru biru dan kelucuan-kelucuan yang di timbulkan yang berlokasi di daerah tersebut. Untuk bisa lebih menghayati dan kita bisa masuk ke dalam novelnya tersebut ada baiknya kawan langsung mengunjungi kota dengan pantai terindah di Sumatra ini. dan itu benar aku rasakan kawan, ketika aku mengunjungi langsung lokasinya. aku seperti flash back tentang perjuangan anak-anak kampong untuk meraih mimpi-mimpinya.

Bersama kawan dari Jakarta kami mengexplore Belitong. Kini ku rasakan kota seribu satu kedai kopi (Manggar). Jejeran warung kopi di pinggir jalan itu begitu ramai dan asik serta pas untuk kita melepas lelah bersama kawan. Pantai pasir putih, batuan granit. Batu satam yang konon adalah batuan yang jatuh dari angkasa.



Terima kasih yang tak terhingga aku ucapkan kepada Dayak Lambah Ngaraii kawan yang pertama kali bertemu dalam pendakian Semeru ini begitu hangat dan sangat memanjakan kami. Lidah kami di manjakan dengan masakan keluarganya yang luar biasa enak. Tidur kami begitu nyenyak dan yang pasti pengalaman ini yang akan selalu terpatri dalam memori otak kami. Keluarga ini menerima kami dengan hangat. Bincang dengan ibunda dayak begitu cair. Jelas kehangatan keluarga melayu ini mampu menambah kekayaan batinku tentang hidup dan kehidupan. Kepada Kang Tege Wae Puty R. Pratiwi Harmoni Chip dan @linda yani kebersamaan itu indah kawan. terima kasih kebersamaan dan kesolidannya. Tawa canda selalu mengiringi kita.

[caption id="attachment_340548" align="aligncenter" width="480" caption="Dayak Lembah Ngarai #Futu taken by tege wae"]

140195473716650052
140195473716650052
[/caption]


[caption id="attachment_340547" align="alignnone" width="615" caption="Tim Narkopian di Pulau Pasir #futu taken by Dayak Lembah Ngarai"]

1401954524602799539
1401954524602799539
[/caption]


Aku kutipkan tentang kopi ala "Andrea Hirata"

"Yang menghirup kopi pahit, umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya makin berliku-liku petualangannya. Cinta? berantakan. Istri? Pada minggat. Kekasih? berkhianat. Di atas tempat tidur mereka sendiri. Bisnis? Kena tipu. Namun mereka tetap mencoba dan mencipta, jatuh, bangun lagi, menang kemudian kalah.

4 sendok kopi (termasuk kental) dicampur gula setengah sendok. Sensasi kopi yang pahit dekat tenggorokkan dan terbersit sedikit manis di ujung lidah. Orang-orang ini merupakan ahli dibidangnya, bertangan dingin dan penug perhitungan. Mereka tipe orang dengan prinsip pegang-cengkram-telan. Namun adakalanya mereka pecinta romantisme.

Adapun yang sama sekali tidak minum kopi adalah penyia-nyia hidup ini.

Sebuah Catatan Perjalanan.

Wisata atau liburan atau me-refresh otak kembali merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh kita sebagai manusia. Menilik tulisan dari Cak Nun bahwa pariwisata adalah fenomena religius. Ya bagaimana tidak. Kita yang hidup di zaman modern ini, zaman yang mengagungkan materi dan kebendaan serta selalu dituntut untuk kerja, kerja dan kerja. Tak ubahnya seperti pada zaman Belanda atau Jepang dahulu. Bedanya adalah kita sekarang ini sudah dibekali dengan fasilitas yang mungkin memadai walaupun sarana dan prasaranya jauh dari manusiawi. Sebetulnya esensinya adalah sama. Kemacetan luar biasa. Berdesakan seperti layaknya ikan pindang di kereta tak terelakkan. Jalan untuk pengguna jalan terabaikan atau malah di abaikan.haaaah. semua itu ada di zaman yang katanya modern ini.

Dan untuk menghilangkan kepenatan itu ada baiknya kawan melakukan hal-hal yang mungkin jauh dari bayangan. Keluarlah dari zona nyamanmu kawan. Rasakan sensasinya ketika pengalaman pertama yang kawan lakukan. Dan kuberitahu satu hal kawan, bahwa esensi dari wisata yang kita lakukan itu adalah mengembalikan kita kepada alam serta mengambil nilai-nilai ketuhanan yang tersebar di seantero jagat raya ini melalu keindahan ciptaannya

14019550651478294615
14019550651478294615


Kini keindahan ciptaanNYA dapat aku saksikan sendiri. Batuan raksasa di pantai Tanjung Tinggi membuat aku takjub luar biasa, bagaimana mungkin bongkahan batuan raksasa itu bisa terhampar di pantai itu. Di pantainya ada sebuah lorong untuk kita bisa menaiki batuan itu dan terhampar jelaslah garis samudra nun jauh disana. Aku berfikir keras bagaiamana mungkin sebuah kota yang tidak ada gunungnya kok bisa ada bongkahan batuan raksasa di seantero Belitong.

14019598901120643488
14019598901120643488

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun