...Tampak ombak kejar mengejar menuju karang
...Menampar tubuh pencari ikan
...Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut
...Seperti restui jala nelayan
#Iwan Fals#
[caption id="attachment_360859" align="alignnone" width="720" caption="Futu taken aa culthon"][/caption]
Kembali, Narkopian mengadakan traveling. Kali ini kami berniat mengexplore Teluk Kiluan di Lampung. namun kawan kami mencoba hal baru untuk mengunjunginya. Yup...Kami mencoba jalur laut. Ini jelas akan membawa sensasi yang luar biasa bagi kami semua. Mungkin jika lewat darat kita semua sudah sering melakukannya.
[caption id="attachment_360861" align="alignnone" width="720" caption="Futu taken Indroo"]
Kami Tiba di dermaga Canti pagi hari sekira jam 08.00. istirahat sejenak sembari ritual narkopian dan sarapan untuk mengisi perut kami yang sedari tadi di kapal veri sudah menahan lapar. Selesai….kami segera bergegas menaiki kapal yang akan membawa kami mengexplore beberapa pulau. Pulau Legundi. Pulau Umang, Pulau Kelapa dan endingnya di Teluk kiluan. Pagi itu cuaca sangat cerah kawan. perlahan namun jangkar sudah diangkat dan kapal siap untuk berangkat. Ternyata cerahnya cuaca di pagi itu tidak selaras dengan gelombang di lautan itu kawan, karena ternyata lidah gelombang di pagi itu begitu besar. Hempasannya begitu kuat mengombang ambing perahu yang kami tumpangi dan membuat otot perut kita bekerja ekstra keras menahan gempuran gelombang itu. Kapal miring kapten. Di ikutioleh kibaran lusuh merah putih.
[caption id="attachment_360862" align="alignnone" width="404" caption="futu taken by tegewae"]
Aku berpegangan erat. Dan aku kembali teringat pada moment dimana kami (Aku dan kang Tege) juga nyaris tenggelam di hempas badai gelombang ketika kami mengexplore Pulau Sangyang. http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/03/05/pulau-sangyang-the-hidden-paradise-of-banten-534350.html (jika kawan berkenan membacanya) terus demikian kapal kami di ombang ambing oleh gelombang yang memang dahsyat di pagi itu. Laju kapal kami berjalan perlahan sekarang karena tak kuat melawan arus tersebut. Lagi dan lagi hempasan gelombang membuat kami terayun-ayun tak pasti. Sementara Pulau Legundi, pulau yang akan kami tuju pertama kali belum terlihat, samarpun tidak. Ini jelas membuat beban psikologis kami bertambah. karena belum adanya kepastian dan kejelasannya. "Wanita itu memang suka coklat, tapi ia lebih suka kejelasan dan kepastian" lhooo...intermezo dikit kawan...
Aku lihat di kejauhan begitu tabahnya nelayan mengarungi lautan dan menembus badai tuk membahagiakan orang-orang di rumah. Kita belum, tahu mungkin itu perahu tunggakan. Begitu juga aku lihat begitu kokohnya karang itu menerima hempasan gelombang laut ini tanpa goyah sekalipun. Serta teriakan camar begitu nyaring terdengar.
Jelas memang perjalan kali ini banyak membuat kawan-kawan kami terkulai lemah lunglai pucat dan "demek"..hahahahaha...Dian Bungsuuw yang gagah perkasa mendaki Puncak Sejati Raung, di Banyuwangi tak berdaya melawan ayunan gelombang laut itu. ia di belakang kapal sambil memegangi kepalanya sambil uweeek..uweeeek..uweeek...Cici Lin yang pernah singgah ke Raja 4 dan baik-baik saja ketika perjalan disana. di lautan menuju Teluk Kiluan ini ia begitu pasi. lemah dan tergolek... Ayah Rusmayadi yang juga pernah mencicipi Pulau Bawean. kini tak berdaya melawan tekanan di dalam perutnya laksana Krakatau ingin menghempaskan lahar di dalamnya...mungkin banyak kawan yang lain yang mengalami hal yang sama dengan mereka, aku ngga ingat lagi...lanjuuut
Sementara, ketika Tutu dan Indro sedang lelapnya, di bangunkan oleh air yang masuk melalui pintu kapal yang membuat mereka "kelagepan" apa ya bahasa Indonesianya? sensasi ini jelas menambah pengalaman batin kami. seperti Pramoedya Ananta Toer bilang bahwa “Pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan." secara sadar dan tidak pengalaman itu akan terpatri kedalam jiwa kita, dan menciptakan fondasi yang prima dalam menghadapi badai hidup kita. sekira 5 jam perjalanan di kapal dengan hempasan dan goyangan di kapal. Pulau Legundi, tempat destinasi pertama yang akan kami tuju sudah terlihat bukan samar lagi kawan. Muka kami cerah kembali karena akan mendapatkan suasana baru.
[caption id="attachment_360863" align="alignnone" width="720" caption="futu taken Ay"]
Perlahan lahan kapal mulai menepi..lemparkan jangkar dan byuuuuurr..kami semua turun ke laut dan tahukah kawan. bahwa semua sudah ngga sabar ingin bermain-main dengan air laut dan snorkeling. Narkopian kembali berkibar di bawah laut. Bawah laut yang mengagumkan di pulau ini kawan. kami semua menikmati ala mini. Narsis adalah hal yang sangat lumrah kami dilakukan di alam bebas ini. show off dan kuberitahu satu hal kawan tentang sesi pemotretan.bahwa tidak hanya model maskulin atau feminime saja yang sudah mainstream. Kami punya model tersendiri yaitu taraaa..model sexy syariah atau syar’i. dan model kita ini adalah Diang Bungsuw. Dengan celetukan celetukan yang out of the box itu. Ia bisa menghidupkan suasana yang tadinya suram. Demek dan pasi. Kini dengan gaya syar’inya, Bungsuw berexperimen.bhahahahaha,,,di temani oleh wilda dan cici lin mereka begitu gemulai membuat pose yang keluar dari ide yang mungkin sangat brilian.
Setelah puas kami explore dan foto-foto disana kami lanjutkan untuk hunting Sunset di Pulau Kelapa. Lagu Imanez mengingatkan ku kembali..”Yang ku tahu..hanyalah sunset dan rise”
[caption id="attachment_360869" align="alignnone" width="720" caption="Futu taken faisal"]
Di Pulau Kelapa ini sudah dikelola dengan baik kawan. Ada beberapa warung dan penginapan di tempat ini. sepertinya asik penginapannya bertingkat dan terbuat dari kayu dengan view langsung lautan. Kami mengitari pulau ini. pasir lembut dan karang adalah hal yang selalu kami temui. Kami semua berkumpul di belakang pulau ini. mencari spot yang pas untuk menikmati tenggelamnya Sang Mata Dewa. Sang Pemberi Cahaya, Sang Penerang Dalam Kegelapan.. Kembali aku teringat syair Bang Iwan yang luar biasa.
“Ada benarnya nasihat orang-orang Suci”.
“Memberi itu terangkan hati”
“Seperti matahari yang menyinari bumi.”
Hap…kami dapati spot yang sempurna. Di bawah pohon serta sebuah batang pohon yang sudah mati adalah tempat yang pas untuk mengabadikan moment itu. Seperti biasa foto keluarga dan selfie adalah sesuatu yang harus kami lakukan di sini..dan Sang Mata Dewa ini mulai menampakkan keindahannya. Jingganya membawa aku pergi jauh. Lamunanku melayang. Oh iya. Tak lupa di sini ritual narkopian kami lakukan kawan. joint kopimu, geser dikit dong ah kawan. srupuuuuuuuuuuuuut
Temaram senja dan siluet adalah moment dimana bisa kita lihat bayang tanpa wajah yang menggambarkan kelam dan gelapnya diri kita. Dengan bantuan mentari kembali kita bercahaya dan jelas. Sebuah symbol dari kegelapan yang akan tercerahkan ketika sinarnya memantulkan cahaya kedalam nurani kita.
Puas dengan moment itu kita naik kapal dan menuju penginapan. Ya Teluk Kiluan sudah menanti kami. Perut kami atau tepatnya piaraan kami sudah menagih Sang Tuan untuk mengisinya. Tepat jam 18.00 kami kembali ke kapal untuk berbersih dan malam nanti akan ada cara tukar kado yang aku rasa akan membuat aa Culton teringat sepanjang masa di acara tersebut..serta keesokan harinya kita akan hunting dolphin di lautan lepas….to be bersambung….
Catatan
Jkt-Merak (Bis)
Merak - Bakauheuni (Very)
Bakauheuni - Dermaga Canti (Angkot)
Dermaga Canti- Pulau Legundi-Pulau Umang-Pulau Kelapa-Teluk Kiluan (Perahu)
Aymara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H