Mohon tunggu...
Mr Alfaro
Mr Alfaro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang buruh yang bahagia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Matinya sains....!!!

14 Juni 2012   17:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Budaya prosedur ilmiah menjadikan ilmu pengetahuan menjadi birokrasi intelektual, sosial dan politik yang besar, yang sukar ditandingi. Kalaupun memang prosedur ilmiah sudah tidak relevan lagi sebagai metode sains, mungkin harus ada metode baru yang tentunya berimplikasi pada definisi atau pengertian ilmu pengetahuan, biar jelas sesuatu itu dapat dikatakan sains, rasional, dan ilmiah atau mungkin dikatakan yang lain. Lantas beberapa pertanyaan yang belum terjawab dengan pasti seperti bagaimana alam semesta bermula, asal-usul kehidupan, asal-usul seks, asal-usul kesadaran, superstring, adanya kehidupan diluar bumi (alien), pengkombinasian zat kimia yang bisa bereproduksi dan mengembangkan kondisi prakehidupan yang rasional, sesuatu yang tidak hancur ketika bisa bergerak melebihi kecepatan cahaya, mistery metafisika, pembuatan cadangan ozon, keluar dari dimensi ruang dan waktu, Chaitin mengatakan jika kita dapat menjelaskan mengapa kita menua mungkin kita bisa mengetahui bagaimana menghentikannya.semua misteri tersebut sulit untuk terungkap, apalagi hanya dengan sebuah prosedur atau metode ilmiah. Ilmu pengetahuan, kata stent menghadapi batas-batas fisik, social dan kognitif. Ilmu pengetahuan tidak akan mampu menembus wilayah pengalaman subjektif, tingkah laku manusia tidak bisa didefinisikan oleh model ilmiah atau matematis apapun, seperti kapan kita ngopi dan tempatnya dimana adalah hal subjektif manusia. Einstein mengakui bahwa fisika sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan nilai, makna, dan fenomena subjektif lainnya. Keterbatasan ilmu pengetahuan atas objeknya inilah yang membuat ilmuwan kehabisan tenaga untuk menemukan hal ilmiah baru. Saking jengkelnya beberapa ilmuwan menyatakan bahwa sebenarnya sekarang ini banyak ilmuwan yang lebih jenius dari newton dan einstein, namun karena mereka tidak sezaman maka banyak yang kebingungan dengan pencarian temuan sains yang baru. Andaikan newton dan einstein hidup dalam zaman sekarang mungkin dia juga akan merasakan hal yang sama dengan ilmuwan-ilmuwan apatis apologetik lainnya.

Jadi Ilmu pengetahuan tidak mati dalam arti ketiadaan, tapi hidup dengan cara ironis atau dengan cara fatalistic. Ilmu pengetahuan akan dicampuradukkan sehingga kehilangan jatidirinya, seperti yang dilakukan nietze, heidegger, feyrabend, dan deluze. Sains tidak lagi dapat dibedakan dengan sastra, seni, puisi, atau agama. Ilmu pengetahuan tidak dilihat dalam objektivitas, epistem dan validitas kebenarannya, tapi pesona, retorika, dan keindahannya.

Ketika manusia sudah sampai pada batasnya, Hans moravec, Dyson, dan Marvin Minsky yakin bahwa masa depan berada di tangan mesin-mesin, teknologi komputer telah berkembang sedemikian pesatnya dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda kemandegannya. Komputer dengan kecerdasan artifisialnya, memandang bahwa kesadaran adalah memory jangka pendek, memory komputer jauh lebih kuat menahan tumpukan masalah (pemrosesan) daripada memori manusia. Dengan berkembangnya ilmu mesin maka pekerjaan manusia sedikit demi sedikit akan digantikan olehnya, perusahaan-perusahaan akan lebih memilih robot untuk bekerja daripada manusia yang sering mengacaukan. Sekarang manusia sudah cenderung menjadi mesin dan sebaliknya mesin akan menggantikan manusia. Komputer mungkin atau pasti akan mempercepat akhir dari ilmu pengetahuan empiris. Ilmuwan akhir-akhir ini kehabisan bahan empiris, mereka mempunyai kecenderungan untuk menciptakan fiksi ilmiah (superstring, kesadaran, dll) maka sains akan mandeg dan kecerdasan ada di tangan mesin. Benarkah masa depan ilmu pengetahuan akan dilanjutkan oleh mesin?. Dan akankah ilmu pengetahuan mesin berbeda secara signifikan dengan ilmu pengetahuan manusia? Makanya lihat film matrix dulu…

Namun apa yang terjadi dengan riwayat kecerdasan artifisial yang telah dikalahkan manusia dalam pertandingan catur antara Gary Kasparov (juara catur dunia) melawan “Deep Blue” komputer yang berkekuatan hebat, dibuat oleh progammer catur terbaik di dunia dengan 32 prosesor paralel yang mampu menguji 200 juta posisi perdetik. Semula Deep Blue menang dalam pertandingan pertama dan berakhir dengan kemenangan Gary Kasparov 4-2. Jika Monster silikon ini tidak bisa mengalahkan seorang manusia dalam permainan catur, lalu bagaimana dengan harapan bahwa komputer akan bisa meniru bakat manusia yang lebih hebat, seperti mengenali kekasih, melakukan demonstrasi, mengakali mahasiswa, dan membuat virus. Hehe… inilah mimpi buruk Marvin Minsky dan kawan-kawannya.

Terakhir, Horgan dengan ketidakpastian tujuannya yakin bahwa buku the end of science nya bukan sekedar meniru buku the end of … yang lain. Dan apakah akhir sains adalah anti-sains? Merupakan kekhawatiran sejumlah ilmuwan atas istilah yang lebih tajam yang mereka lukiskan sebagai kebangkitan irasionalitas dan permusuhan yang rapi terhadap ilmu pengetahuan. Bisa jadi ini dijadikan doktrin para fundamentalism agama, filosof postmodern, dan ilmuwan ironis untuk menyebarkan ajaran sesatnya, yaitu paradigma anti-ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana dengan ilmu pengetahuan terapan? Implikasinya adalah dipotongnya dana-dana penelitian seperti penelitian tentang fusi nuklir untuk melahirkan sumber energi yang bersih, ekonomis, dan berlimpah. Kaum realis menyatakan bahwa energi fusi merupakan mimpi yang mungkin tidak akan pernah terwujud; hambatan teknis, ekonomis, dan politis terlalu besar untuk diatasi. Kemudian bagaimana dengan pikiran manusia? Bagaimana selanjutnya superstring? Bagaimana Permainan teori chaos dan kompleksitas? Adakah kehidupan di planet Mars? Silahkan cari jawabannya dan ilmu pengetahuan tidak akan berada diujung kematiannya…

Ku ukir dalam buku harian 25 Agustus 2007

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun