Integrasi paradigma sangat penting untuk memahami astronomi dan ilmu pengetahuan lainnya karena memadukan aspek teks agama (bayani), pemikiran logistik dan ilmiah (burhani), dan penghayatan spiritual (irfani). Metode ini memastikan bahwa ilmu yang digali memiliki nilai moral dan spiritual sehingga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks Islam Integrasi ini memperkuat posisi ilmu pengetahuan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memahami tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta.
 Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari planet, bintang, bulan, dan galaksi di langit. Dalam islam astronom sering digunakan untuk menentukan waktu shalat dan puasa, arah kiblat, dan penaggalan hijriah. Ilmu ini menunjukkan keteraturan yang merupakan tanda kebesaran Allah dan menunjukkan keajaiban ciptaan-Nya.
Bayani
Pendekatan Bayani berfokus pada kajian teks, yaitu menggunakan Al-Qur'an, hadis, serta tafsir ulama untuk memahami fenomena alam, termasuk astronomi. Pendekatan ini menekankan penafsiran eksplisit dan pedoman syariat yang terkait dengan peredaran benda langit.
Fase Bulan sebagai Penanda Waktu: Â
  Al-Qur'an menyebutkan peran bulan dalam penghitungan waktu dan kalender: Â
  - Surah Yunus (10:5): Â
huwalladz ja'alasy-syamsa dliy'aw wal-qamara nraw wa qaddarah manzila lita'lam 'adadas-sinna wal-isb, m khalaqallhu dzlika ill bil-aqq, yufashshilul-yti liqaumiy ya'lamn
Arti: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.
fenomena gerak bulan menjadi dasar bagi kalender Hijriyah yang digunakan untuk menentukan waktu ibadah, seperti Ramadan. Pendekatan Bayani menggunakan teks-teks suci sebagai sumber utama untuk menjelaskan fenomena astronomi yang relevan dengan kehidupan manusia, khususnya dalam ibadah.
Irfani
endekatan Irfani menekankan pemahaman intuitif dan spiritual yang diperoleh melalui pengalaman batin dan kontemplasi terhadap alam semesta. Pendekatan ini memandang fenomena benda langit sebagai simbol atau tanda kebesaran Tuhan.
Langit sebagai Tanda Kebesaran Allah: Â
  Al-Qur'an menyebutkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta: Â
  - Surah Fussilat (41:53): Â
Arti: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Pendekatan Irfani mengajak manusia untuk merenungkan dan memahami makna spiritual di balik keteraturan alam semesta sebagai jalan menuju pengenalan terhadap Allah (makrifatullah).
Burhani
Pendekatan Burhani mengandalkan metode rasional, ilmiah, dan observasi empiris dalam memahami fenomena alam. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip ilmu pengetahuan modern yang menekankan logika dan fakta berbasis pengamatan.
Contoh dalam Astronomi, gerak Matahari dan Bulan: Â
  - Surah Ar-Rahman (55:5): Â
Matahari dan bulan (beredar) sesuai dengan perhitungan.
Ayat ini menjadi dasar inspirasi bagi ilmuwan Muslim untuk meneliti orbit dan pergerakan benda langit. Pendekatan Burhani menggabungkan akal, logika, dan metode ilmiah untuk mengungkap fakta-fakta ilmiah tentang alam semesta sebagai bukti kebesaran Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H