Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semua Telah Berakhir

27 Juni 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:08 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_119208" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/Aurondyan.blogspot.com"][/caption] Aku tak pernah merasa ada dalam kukungan sebagai bagian dri kaum imajiner itu karena bagiku merasakan indahnya mencintai bayanganmu adalah anugerah terbesar, tak peduli sakitnya malam-malam yang kulalui tanpamu dan tak pernah membekas satu pun kataku pada hatimu. Aku tetap ucapkan, "Aku cinta kamu." Ketika malam kita biarkan bisu bersaksi tentang diamku dan bisumu, seketika itu ia menyimpan misteri yang entah kapan akan terjawab; mungkinkah aku jadi pelabuhan terakhirmu? Cinta tak pernah kenal "dejavu" atau sejenisnya, bila memang Tuhan telah memberi ruang untukku merenggut segala keindahanmu maka, tak ada yg bisa melarangnya, termasuk diamku dan bisumu. Dan  Semalam tak ada cerita apa-apa, ketika bisuku dan diammu dihanyutkan keegoan pekat, dan kental tanpa rasa, tanpa warna. Kita bertanya pada diri kita masing-masing; Berapa lama kesunyian itu berlangsung dan kapan kebekuan itu mencair? Aku tak punya jawaban. Tertawalah, teriakkan pada Dunia bahwa Cintaku sia-sia, hatiku tak mungkin semudah itu menauti hatimu, dan bahkan kau menyebutnya takkan pernah dan seketika itu diriku paham sepenuhnya bahwa itu bukan elakan dan upaya menghindar dari apa yang kau anggap perangkap karena sebuah kenyataan terungkap bahwa cintamu bukan untukku. Seperti katamu, "semua akan berlalu. Ini hanyalah bagian dari kesepian saja. Suatu saat kau akan temui seseorang yang bena-benar mencintaimu dengan penuh cinta seperti yang kau harapkan. Biarlah diriku memilih kehidupanku, dan kita telah ditakdirkan untuk tidak pernah bersama. Dan lagi pula saya bukanlah wanita seindah yang kamu bayangkan. Saya tak pernah percaya apa yang sedang kita bicarakan, tolong hentikan semua ini." Telah kuturuti permintaanmu itu Dan jika ada yang bertanya padaku tentang kamu Diriku hanya menjawab, "Dia adalah wanita terindah dengan semua keunikan yang belum pernah saya temui pada wanita mana pun selama ini. Dan wanita seperti itu hanya ada satu dunia ini, yaitu dia, ya dia!" Semua telah berakhir, dan Biarlah aku menikmati bayanganmu walau belum mengesankan apa-apa. Banda Aceh, 270611

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun