Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Menelusuri Jejak Rindu

22 Agustus 2010   07:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

BEGITULAH teman-temanku tercinta, kutuliskan ini dengan maksud agar kalian tahu betapa aku sangat kehilangan atas kepergian Rindu. Aku berduka dengan penuh penyesalan lahir dan batinku karena telah mengakhiri hidup Rindu pada malam pertama pernikahannya bersama Satria. Aku sangat sadis dan begitu tega melakukan pembantaian terhadap dua manusia penuh rasa cinta itu. "Rinduku, andai aku bisa membawamu kembali ke dunia ini hari ini tentunya aku begitu sumringah di depan teman-temanku saat kami menikmati segelas kopi nanti malam". Keinginan yang selalu kuucapkan dalam hatiku saat memulai detik pencarian Rindu setiap harinya. Tak gampang mencari tahu keberadaan Rinduku. Banyak orang membicarakannya. Dia ada di setiap tempat namun sungguh lelah menelusuri jejaknya. Tapi mengapa mereka selalu membicarakan Rindu bila dalam kenyataannya menemukan setitik jejak Rindu saja begitu susah? Orang-orang itu selalu menertawakanku setiap aku bertanya dimana Rindu dan kapan mereka melihatnya terakhir kali. Bahkan mereka selalu menjawab dengan pertanyaan yang sama setiap hari padaku yang membuatku semakin bersalah. "Bukankah kamu yang telah membunuh Rindu dan Suaminya di malam pertama itu?" Sungguh, ini sebuah perjuangan. Pasti ada akhir walau begitu berat kerja yang harus kulakukan. Biarlah kuanggap ini sebagai pengorbanan penuh makna karena aku yakin akan menemukan Rindu dalam waktu yang entah kapan, lalu membawanya kembali kepada kalian. Mungkinkah sebentar lagi atau tahun depan. Bukan tidak mungkin aku akan bertemu Rindu sewindu lagi? Entahlah. Selalu saja ada kemungkinan-kemungkinan untuk sebuah perjuangan tanpa kenal lelah dan menyerah begitu saja sebelum hasil perjuangan itu dinikmati. Teman-temanku segerbong dan satu cinta, kuingin ceritakan sepintas lalu pada kalian semua bagaimana aku bisa sesadis itu mengakhiri hidup Rindu dan Satria. Itu pun jika kalian masih mau mendengarkanku. Aku sadar sepenuhnya bahwa begitu berat bagi kalian memaafkan atas apa yang telah kulakukan saat Rindu dan Satria ingin memuaskan batinnya. Tapi, dari lubuk hati terdalam tanpa ada embel-embel ingin belas kasihan bagiku tak ada salahnya bila setiap hari kukatakan bahwa aku minta maaf, dan menyesali perbuatan paling keji itu. Katakan padaku hai para bidadari kayangan, bagaimana lagi kucari jalan agar Rindu bisa kukembalikan buat kalian? ***Humor perih ini kutujukan buat rekan-rekanku segerbong dan serindu yang cantik-cantik nan bijaksana bin nyentrik binti luar biasa. I love you all full. hahahaha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun