Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia adalah Penikmat Kenikmatan

5 Agustus 2010   16:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_217101" align="alignleft" width="300" caption="Sumber gambar dari Google"][/caption] KENIKMATAN dalam hidup harus dipenuhi untuk alasan apapun. Kata Kenikmatan sendiri memang bahenol bahkan paling bahenol. Banyak kalimat nakal memakai kata dasarnya, nikmat! Aku suka menikmatinya. Ia begitu asyik, sedap, dan membuatku puas! Manusia adalah makhluk unik yang merupakan karya terbesar dari Tuhan untuk Alam. Sudah semestinya kepuasan dalam menjalani hidup demi sebuah kehidupan yang nyaman menjadi target utama. Tak sedikit manusia berusaha memenuhi kenikmatan. Halal atau haram tidak menjadi soal. Kenikmatan harus diraih untuk alasan kepuasan. Walaupun harus mengambil hak orang lain sekalipun tidak menjadi masalah. Realitas diatas membuktikan kepada kita bahwa manusia adalah penikmat kenikmatan. Bila manusia merasa sesuatu itu kurang nikmat maka ia akan berjuanga mencari kembali dan mengulanginya berulang-ulang agar nikmatnya bisa memberi kepuasan lahir dan batin. Bila perlu pengorbanan pun harus dilakukan termasuk mengorbankan harga diri. Hidup harus nikmat dan kenikmatan adalah untuk dinikmati rasanya. Untuk apa hidup bila  kenikmatan tak bisa kita rasakan dengan nyaman? Bukankah hidup hanya sekali? Selalu saja begitu dan terus demikian arah pemikiran manusia. Mencari dalih untuk sebuah kenikmatan. Menyingkirkan rasa hormat dan membunuh akar budaya demi tak peduli yang penting harus nikmat. Hidup di dunia memang hanya sekali. Siapa yang mengatakan hidup di dunia bisa dua kali? Setelah kita mati  tak mungkin kita kembali ke dunia ini. Tapi, atas alasan apapun tak kan pernah bisa dibenarkan untuk meraih kenikmatan harus melupakan norma dan kaidah kehidupan. Sama sekali tidak boleh demikian. Lantas, mengapa sebagian kita telah lupa dan tak mau peduli sedikitpun perjuangan nenek moyang kita dulu? Manusia mudah sekali diracuni oleh satu kata, kenikmatan. Maka, diamlah kalian jika sekarang kalimat berikut ini kutulis;

Manusia adalah mahkluk paling memuakkan yang hanya mengejar kenikmatan tabu di dunia!

Salam Kompasiana, Bahagia Arbi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun