[caption id="attachment_237860" align="alignleft" width="300" caption="http://www.google.co.id"][/caption] MENGAPA saat itu kita dipertemukan kalau pada akhirnya kita dipisahkan seperti ini? Mungkinkah ada sinar bersama impianku? Suasana tak akan indah dalam waktu yang cepat. Aku tahu itu tak mungkin. Detik-detik yang dilalui jiwaku telah berubah gelisah dan membisu. Pada hal…Aku telah setia menantimu disini dalam kamar sunyi sendirian tanpa aku tahu kapan engkau kembali. Kini dirimu laksana banyangan yang tak pernah bisa kusentuh. Bulan itu masih bersinar setiap malam. Aku dan kamu telah berhenti membina hubungan cinta yang sekian lama terbina. Cintaku layu. Kau rebut hatiku dan membingkainya dalam relung terdalam keangkuhanmu. Mudah kau akhiri semuanya dengan mengkhianati diriku. Panas laksana mentari yang telah mengekalkan dirinya karena bulan telah ditelan. Engkau telah lama berlalu. Namun janji-janji kita masih kuingat selamanya di pantai itu. Rasa cintaku telah mencapai puncaknya. Tapi kini tak ada artinya sama sekali. Hatiku malu pada diriku sendiri. Hanya gumpalan rindu yang bisa kusimpan tanpa bisa menuangkannya dalam gelas hatimu. Aku tahu sejak dulu kamu tak pernah mau pedulikan hatiku. Dan dirimu tak sudi sama sekali mendengarkan kata-kataku. Mengapa engkau tega melakukan ini padaku sayang? Wanita idamanku kini dimiliki lelaki lain. Dan cintaku pun punah di tengah jalan. Mengapa kau pura-pura mencitaiku? Aku tersiksa sekali karena semua ini. Tak ada yang kau pikirkan akan sakit yang kuderita. Aku menantap sayu kini ke arahmu. Kau tak sudi menoleh walau sedetik. Kini diriku ditemani penyesalan mendalam setelah kau hentikan cintamu padaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H