Evaluasi Pembelajaran Dalam Mendukung Pembelajaran Kolaboratif.
Pendahuluan
Pembelajaran kolaboratif adalah tindakan sosial alami di mana siswa berdiskusi dengan teman, berbagi satu sama lain, mengambil tanggung jawab pribadi, membangun hubungan interpersonal, dan meningkatkan interaksi sosial. Lingkungan pembelajaran kolaboratif dapat mengubah situasi ekstrem menjadi situasi intrinsik di mana orang-orang saling peduli dan mendukung satu sama lain melalui hubungan positif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang berpotensi mengurangi dampak negatif dari praktik pendidikan yang kompetitif, terisolasi, dan apatis.
Pembelajaran kolaboratif terbukti bermanfaat bagi keragaman belajar peserta didik karena terutama berfokus pada keterampilan sosial dan interaksi intelektual termasuk perbedaan pengetahuan, keterampilan dan sikap antara peserta didik dan transformasinya, serta perbedaan sumber daya yang berguna. Proses kolaboratif mencerminkan tindakan kohesi sosial yang diciptakan oleh tindakan bekerja sama secara saling bergantung pada tugas-tugas untuk kepentingan bersama. Banyak penelitian menunjukkan bahwa belajar atau bekerja secara kolaboratif dapat berdampak pada kinerja.
Evaluasi pendidikan merupakan komponen yang sama pentingnya dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dianggap sebagai proses perubahan perilaku siswa, maka peran penilaian terhadap proses pembelajaran menjadi sangat penting. Evaluasi adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran. Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan gambaran kualitas pembelajaran sehingga dapat membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memotivasi mereka untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Pembahasan
1. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif memiliki beberapa ciri, yaitu: 1). saling ketergantungan positif, 2) Interaksi, 3) pemberdayaan individu dan kolektif, 4) Pengembangan keterampilan relasional, 5) pembentukan kelompok heterogen, 6) berbagi pengetahuan antara pembelajar dan pebelajar, 7) pembagian wewenang antara pembelajar dan pebelajar, 8) pembelajar bertindak sebagai perantara. Fitur struktural dari tujuan pembelajaran kooperatif, termasuk membantu memahami cara kerjanya berbeda dari pembelajaran tradisional. Struktur tujuan pembelajaran kolaboratif mengacu pada jenis saling ketergantungan antar peserta didik dalam upaya mereka mencapai tujuan pembelajaran. Struktur tujuan kolaboratif memungkinkan individu mencapai tujuan pembelajaran ketika teman sekelasnya juga mencapainya. Pembelajaran kolaboratif dapat berhasil ketika siswa berbagi keraguan, komentar, dan pertanyaan mereka dengan siswa lain yang memiliki tujuan pendidikan yang sama. Ketika dua orang berkolaborasi, mereka sering kali harus membenarkan tindakan mereka satu sama lain, yang sering kali mengarah pada pemahaman mendalam tentang informasi yang dibagikan.
2. Meningkatkan akuntabilitas dan motivasi belajar siswa.
Memperhatikan tingkat permasalahan yang perlu diajukan kepada siswa agar tercipta kerjasama diantara mereka, sehingga siswa yang heterogen (termasuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah dalam hal motivasi dan kemampuan intelektual) dapat bertukar pertanyaan atau pendapat yang berbeda secara berurutan. untuk mencapai pembelajaran “crossing batasan dan leapfrogging”, model kolaboratif ini sangat cocok dipadukan dengan pembelajaran berbasis masalah dan dapat disebut sebagai strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah.
3. Memberikan umpan balik yang konstruktif bagi individu dan kelompok.
Pembelajaran kolaboratif menurut Sato adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesepakatan melalui kegiatan kelompok, melainkan siswa dalam kelompok didorong untuk mengeksplorasi sudut pandang dan pemikiran yang berbeda karena masing-masing individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak berlangsung secara seragam, tetapi pembelajaran merupakan hasil dari keberagaman atau perbedaan.
Pada dasarnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa dari tingkat pembelajaran yang berbeda bekerja sama dalam kelompok kecil. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa lainnya, sehingga keberhasilan siswa yang satu dapat membantu keberhasilan siswa yang lain. “Pembelajaran kolaboratif mendorong pengembangan pemikiran kritis melalui diskusi, klarifikasi ide, dan evaluasi ide orang lain.” Adapun juga, “pembelajaran kolaboratif adalah sebuah filosofi: bekerja bersama, membangun bersama, belajar bersama, mengubah bersama, meningkatkan bersama”. Lang dan Evans (2006) menyatakan bahwa “pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan belajar mengajar di mana siswa berinteraksi untuk berbagi ide, mengeksplorasi pertanyaan, dan menyelesaikan suatu proyek”.
4. Strategi pembelajaran kolaboratif yang berbasis masalah sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa/mahasiswa dikarenakan:
(1) Dalam PBL, dasar pembelajarannya adalah masalah dan siswa belajar dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah yang diajukan oleh guru/dosen, siswa akan memperjelas pemahamannya, mengkritisi pendapat teman sejawatnya, membuat dugaan, memilih strategi penyelesaian, dan memecahkan masalah yang diajukan. Apa yang dilakukan siswa dalam kelompok memperkuat kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi matematisnya.
(2) Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil untuk “melintasi batas dan mengatasi” permasalahan atau pertanyaan yang diajukan oleh dosen. Pembelajaran kelompok menekankan interaksi sosial melalui diskusi/dialog, mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan pemahaman individu. Interaksi tersebut membantu meningkatkan pemahaman, penalaran, keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi matematis.
Kesimpulan
Pembelajaran kolaboratif memiliki karakteristik utama seperti saling ketergantungan positif, interaksi, pemberdayaan individu dan kolektif, serta pengembangan keterampilan relasional. Struktur tujuan kolaboratif memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara bersamaan dengan teman sekelasnya, melalui pertukaran ide dan justifikasi tindakan yang mengarah pada pemahaman mendalam. Selain itu, pembelajaran kolaboratif meningkatkan akuntabilitas dan motivasi belajar, terutama dalam kelompok heterogen yang dapat saling bertukar pertanyaan dan pendapat. Pemberian umpan balik yang konstruktif dalam pembelajaran kelompok mendorong eksplorasi sudut pandang berbeda, memupuk tanggung jawab antar siswa, dan meningkatkan pemikiran kritis. Strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah (PBL) sangat efektif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis, karena siswa belajar memecahkan masalah secara kolektif melalui interaksi sosial yang intens.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H