Pembelajaran kolaboratif menurut Sato adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesepakatan melalui kegiatan kelompok, melainkan siswa dalam kelompok didorong untuk mengeksplorasi sudut pandang dan pemikiran yang berbeda karena masing-masing individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak berlangsung secara seragam, tetapi pembelajaran merupakan hasil dari keberagaman atau perbedaan.
Pada dasarnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa dari tingkat pembelajaran yang berbeda bekerja sama dalam kelompok kecil. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa lainnya, sehingga keberhasilan siswa yang satu dapat membantu keberhasilan siswa yang lain. “Pembelajaran kolaboratif mendorong pengembangan pemikiran kritis melalui diskusi, klarifikasi ide, dan evaluasi ide orang lain.” Adapun juga, “pembelajaran kolaboratif adalah sebuah filosofi: bekerja bersama, membangun bersama, belajar bersama, mengubah bersama, meningkatkan bersama”. Lang dan Evans (2006) menyatakan bahwa “pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan belajar mengajar di mana siswa berinteraksi untuk berbagi ide, mengeksplorasi pertanyaan, dan menyelesaikan suatu proyek”.
4. Strategi pembelajaran kolaboratif yang berbasis masalah sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa/mahasiswa dikarenakan:
(1) Dalam PBL, dasar pembelajarannya adalah masalah dan siswa belajar dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah yang diajukan oleh guru/dosen, siswa akan memperjelas pemahamannya, mengkritisi pendapat teman sejawatnya, membuat dugaan, memilih strategi penyelesaian, dan memecahkan masalah yang diajukan. Apa yang dilakukan siswa dalam kelompok memperkuat kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi matematisnya.
(2) Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil untuk “melintasi batas dan mengatasi” permasalahan atau pertanyaan yang diajukan oleh dosen. Pembelajaran kelompok menekankan interaksi sosial melalui diskusi/dialog, mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan pemahaman individu. Interaksi tersebut membantu meningkatkan pemahaman, penalaran, keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi matematis.
Kesimpulan
Pembelajaran kolaboratif memiliki karakteristik utama seperti saling ketergantungan positif, interaksi, pemberdayaan individu dan kolektif, serta pengembangan keterampilan relasional. Struktur tujuan kolaboratif memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara bersamaan dengan teman sekelasnya, melalui pertukaran ide dan justifikasi tindakan yang mengarah pada pemahaman mendalam. Selain itu, pembelajaran kolaboratif meningkatkan akuntabilitas dan motivasi belajar, terutama dalam kelompok heterogen yang dapat saling bertukar pertanyaan dan pendapat. Pemberian umpan balik yang konstruktif dalam pembelajaran kelompok mendorong eksplorasi sudut pandang berbeda, memupuk tanggung jawab antar siswa, dan meningkatkan pemikiran kritis. Strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah (PBL) sangat efektif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis, karena siswa belajar memecahkan masalah secara kolektif melalui interaksi sosial yang intens.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H