Teknologi saat ini menjadi hal yang tidak terpisahkan bagi para masyarakat khususnya para masyarakat Gen Z, demikian karena selain tuntutan terhadap masyarakat untuk mengikuti perkembangan zaman mereka yang tergolong Gen Z sangat adaptif dengan teknologi lebih dari Generasi pendahulunya. Tidak terpisahnya teknologi dengan masyarakat memberikan dampak positif dan negatif terhadap sosial dan psikis.
Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa perkembangan teknologi khususnya informasi telah menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh, dan juga banyak penelitian menunjukkan media sosial memiliki dampak positif seperti meningkatkan pembelajaran peluang dan mengakses informasi terkait kesehatan. Meski demikian sosial media juga memiliki dampak negatif seperti terjadinya terorisme, dan kegiatan kriminal, dan  kegiatan kriminal adalah salah satu sisi negatif media sosial terhadap masyarakat (Damota, 2019).
Selain sosial perkembangan teknologi benar-benar sangat berdampak pada psikis personal seperti mudah stress, kekhawatiran yang berlebih, kurangnya percaya diri, dan terjadinya fenomena takut akan ketertinggalan atau yang biasa disebut dengan Fomo. Menurut penelitian terjadinya fomo sangat dipengaruhi oleh sosial media khususnya bagi yang memiliki jumlah pengikut yang banyak (Valsesia, 2020), dan Fomo itu sendiri sangat sulit untuk dihilangkan, akan tetapi bisa untuk dikurangi dengan mengetahui faktor apa saja mempengaruhi Fomo.
Menurut penelitian Fomo dijelaskan sebagai jenis keterikatan yang seringkali menimbulkan masalah dengan media sosial, dan terhubung dengan berbagai pengalaman hidup yang menyebabkan dampak negatif dan perasaan negatif, seperti kurang tidur, penurunan kemampuan hidup, tekanan emosional, dampak merugikan pada kesejahteraan fisik, kecemasan, dan kurangnya kendali emosional (Altuwairiqi, 2019).
Selanjutnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Fomo seperti melakukan following atau subscribe, dan hal tersebut di dikung oleh penelitian Valsesia (2020) yang menjukkan bahwa personal yang banyak mengikuti akun sosmed lain memiliki kecenderungan untuk menyukai dan menyebarkan konten tersebut.
Itensitas penggunaan sosmed juga menjadi faktor yang mempengaruhi Fomo, hal tesebut di dukung oleh penelitian Robert dan David (2020) yang menunjukkan bahwa FoMO memiliki hubungan positif dengan intensitas penggunaan media sosial, namun memiliki hubungan negatif dengan koneksi sosial.
Rozgonjuk (2020) melakukan penelitian pada beberapa sosmed seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Snapchat yang meningkatkan terjadinya Fomo terhadap personal. Hasil penelitian menunjukkan dari bahwa hanya Snapchat saja yang tidak memediasi personal untuk terkena Fomo.
Tidak berhenti di penjelasan faktor pendukung terjadinya Fomo pasa personal, Penelitian Alutaybi (2020) memberkan solusi untuk mengurangi Fomo pada personal dengan pendekatan Fomo Reduce (Fomo-R) yang melibatkan aspek teknis seperti tanggapan otomatis, penyaringan, status, serta edukasi mengenai penyebab dan keterampilan mengatasi FoMO, seperti melakukan percakapan dengan diri sendiri dan membuat ceck list
Masyakat saat ini diharuskan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang salah satunya adalah teknologi informasi, dan dalam penerapanya pada sosial memiliki dampak positif dan negatif. Adapun dapak negatif yang saat ini menjadi fenomena sosial adalah Fear of Missing Out (Fomo, dan faktor yang memediasi fomo adalah perilaku following dan suscribe dan itensitan pernggunaan somed.
Selanjutnya dari sosial media yang sering digunakan seperti  WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Snapchat hanya Snapchat yang tidak memediasi terjadinya Fomo pada personal. Dilain sisi meski Fomo tidak dapat dihilangkan tetapi Fomo dapat dikurangi dengan melakukan pendekatan Fomo Reduce (Fomo-R), dan menurut penelitian pengaplikasian pendekatan tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan dapat membantu dalam mengelola Fomo.