Dewasa ini banyak generasi muda yang tidak tahu dengan dirinya dan terkadang meniru orang lain atau menjadi orang lain agar mendapatkan validasi dari orang lain, penilaian baik dari orang lain, dan kepuasan diri. Semua tindakan tersebut sejatinya hanya sebatas fatamorgana bagi masyarakat dan khususnya generasi mudaÂ
Dikotomi kendali adalah hal yang simpel tetapi tidak semua orang dapat melakukanya. Penyebabnya adalah merasa mampu untuk melakukan atau meraih sesuatu yang berada di luar kendali kita. Dikotomi kendali membahas tentang batas-batas atau sesuatu yang dapat dikendalikan dan tidak, misalnya belajar untuk ujian dan nilai ujian. Dua hal tersebut memiliki hubungan tetapi tidak terhubung dalam ranah kendali, belajar untuk ujian termasuk dalam ranah kendali, sedangkan nilai ujian berada dalam nilai kendali.
Banyak orang merasa tahu dan paham akan dikotomi kendali sehingga menjadikan hal itu mudah, tetapi kenyataanya tidak semudah itu, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa itu menjadi sulit untuk dilakukan ?, jawabanya adalah merasa tahu dan paham, demikian karena menurut penulis orang yang merasa tahu dan paham dengan orang yang benar tahu dan paham memiliki sikap yang berdeda.
Petama orang yang merasa tahu dan paham cenderung meremehkan hal tersebut dan menjadikanya mudah sehingga karena mudah akhirnya tidak terpikir untuk dilakukan, sedangkan orang yang benar tahu dan paham cenderung lebih menjadikan nya mengalir menjadi sikap dan tidak perlu dipikirkan.
meraih dan mempertahankan adalah dua hal yang berbeda, dan kedua hal tersebut yang menjadikan itu bias dan salah mengartikan lingkaran kendali dan lingkaran di luar kendali, misalnya sepeti harta. Bekerja untuk mengumpulkan harta memang di dalam kendali kita (meraih) tetapi apakah benar itu akan selamanya di dalam kendali kita ? bagaimana jika harta kita di curi orang atau ternyata hilang ?, pastinya hal itu berada di luar kendali kita (mempertahankan).
Epictetus sebagai salah satu filsuf yang menyuarakan dikotomi kendali menyatakan akan ada dua sikap dari dikotomi kendali khusunya untuk hal-hal yang berada di luar kendali, pertama akan menginginkanya dan kedua menghindarinya. Misalnya untuk kasus hasil ujian dan harta ini menjadi sikap menginginkanya, sedangkan kehilangan harta dan gagal ujian menjadi sikap menjauhinya.
William invite sebagai salah satu penulis yang membahas tentang contol environment mengartikan bahwa ada trikotomi kendali yaitu : pertama hal-hal yang berada dalam kenali, kedua hal-hal yang berada dalam luar kendali, dan ketiga hal-hal yang sebagian kita kendalikan. Contoh ketiga misalnya dalam kasus wawancara kerja, berpenampilan menarik, wangi, dan bersikap tenang berada dalam kendali kita sedangkan hasil diterima atau tidaknya setelah wawancara di luar kendali kita.
Simpel tapi sukar untuk dilakukan khusunya untuk kalangan muda pertama karena mereka masih belum paham apa itu meraih dan apa itu mempertahankan, serta dampak langsung dari lingkuangan luar kendali. Kedua hal tersebut menurut penulis adalah penyebab kenapa generasi muda sukar menjadikan dikotomi kendali yang simpel menjadi sikap atau perilaku.
Referensi:
Manampiring, H., (2019) Filosofi Teras: Filosofi Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini, Jakarta: PT Kompas Media Utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H