Manusia di ciptakan di dunia ini adalah untuk beribadah (QS Az-Zariyat ayat 56). Tetapi apakah benar semua orang menjalankan hal tersebut ?, padahal agama seseorang adalah sebagai bentuk peraturan untuk kehidupanya, yang dipendomani oleh Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Kehawatiran manusia akan masa depan, jodoh, rezeki, kematian dan lain sebagainya adalah sesuatu yang dapat dikatakan pemakluman terhadap semua manusia. Dengan landasan ayat:
Â
Dengan artinya yaitu "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".
Dari arti ayat al-baqoroh ayat 155 diatas berfokus terhadap bahwa kegembiraan akan hadir pada merea yang bersabar atas ujian. Jika di pahami kembali apa itu sabar, Menurut Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, sabar adalah bertahan diri untuk menjalankan berbagai ketaatan, menjauhi larangan dan menghadapi berbagai ujian dengan rela dan pasrah.
Ujian yang dihubungkan dengan kesabaran, dengan arti bahwa seseorang berhasil menjalani ujian diatas jika dapat bersabar. Tetapi bagaimana jika terlalu overthingking untuk mengantisipasinya ?
Surat at-thalaq 2-3 yang berbunyi:
(2)
(3)
Ayat ke-2 memiliki arti "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar" dan ayat ke-3 memiliki arti "Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya".
Dari dua ayat tersebut dengan keterbatasan penulis menanggapi persolan kehidupan ini yang mencari pelarian dengan ujian dari ayat al-baqoroh 155 dengan terlalu fokus ke persiapannya dan mengesampingkan hubungan vertikal, seharunya manusia berfokus ke hubungan vertikalnya seperti yang dijelaskan di surat at-thalaq 2-3.