Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Song Hye Kyo hingga Annyeong Haseyo

1 Februari 2025   19:29 Diperbarui: 1 Februari 2025   19:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku belajar bahasa Korea (Sumber: dokpri edited with Canva)

Ini mungkin akan terdengar klasik bagi sebagian orang, tapi drama Korea pertama yang saya lihat adalah Endless Love atau Autumn in My Heart. Itu pun sudah dulu sekali, mungkin sekitar tahun 2001 masa awal-awal saya masuk Sekolah Menengah Pertama. Cerita drama ini  cukup mengharukan dan hingga sekarang saya masih menyesali mengapa si tokoh utama Yoon Eun Suh yang diperankan oleh Song Hye Kyo harus jatuh cinta kepada Yoon Joon-suh (pemeran utama pria) dan bukan kepada Han Tae Seok (second lead).

Mungkin tak hanya saya, banyak masyarakat juga kecewa dengan itu. Tentang second lead alias sad boy memang selalu dibuat seperti itu, terlihat sempurna, baik hati dan kaya raya tapi nasibnya tidak beruntung karena tak dipilih oleh tokoh utama perempuan. Tapi bisa juga orang lebih menyesal mengapa Eun Suh harus meninggal karena penyakit. Yah, namanya juga drama, mungkin alurnya dibuat demikian agar lebih dramatis, lebih mengiris iris hati penonton.

Sebenarnya sejak itu saya tidak lagi menonton drama Korea, eh maksud saya  pernah sekali lagi nonton Full House dan setelahnya istirahat cukup lama. Sama halnya dengan Endless Love, Full House juga diperankan oleh Song Hye Kyo. Di kala itu Kyo memang cukup populer dan drama-dramanya cenderung laris manis.

Lama vakum dengan drama Korea akhirnya saya menonton kembali di tahun 2016. Ada salah satu judul drama yang kala itu menarik perhatian. Banyak kawan merekomendasikannya. Kata mereka "Bagus banget", akhirnya saya pun penasaran. Judulnya tentu saja pembaca sekalian bisa menebak, yap "Decendent of The Sun" salah satu drama Korea terbaik sepanjang masa versi saya. Lagi-lagi pemeran utama perempuannya adalah Song Hye Kyo.

Sepertinya saya memang berjodoh dengan Song Hye Kyo ini. Kami tetap berkomunikasi antara pemain dan penonton meski hanya melalui drama-drama yang ia mainkan.

Dari Decendent of The Sun itulah daftar panjang drama Korea saya mulai tersusun. Setelahnya saya kembali menonton drakor satu per satu. Mulai dari yang terbaru hingga drama-drama lawas. Mulai dari yang multidimensi hingga  yang ala-ala time traveler. Kalau dihitung-hitung hingga saat ini mungkin ada ratusan drakor yang sudah saya tonton.

Mulai dari genre fantasi seperti Goblin, Tale of The Nine Tailed 1923, W : Two World dan kawan-kawannya hingga kolosal seperti Moon Lovers Scarlet Heart, Mr. Queen, Moon Embracing the Sun dan sejenisnya. Mulai dari romantis hingga Beobjeong drama (drama yang bertema hukum).

Meski tidak semua drakor saya tonton tapi kalau dilist daftarnya cukup panjang. Cukup membuat saya mengerti beberapa istilah yang kerap muncul di berbagai dialog. Istilah seperti eottoke (gimana), daebak (keren, takjub), hajima (jangan), michoso (kamu gila), mianhae  (maaf),  kamsahamnida (terima kasih) dan sejenisnya.

Sepertinya setiap pencinta drakor tahu arti dari kata-kata itu dan sudah umum sekali. Yah, bisa dibilang tanpa sadar saya diasupi istilah-istilah bahasa Korea dan mengerti sedikit demi sedikit melalui drama yang tiap hari saya tonton.

Pernah suatu ketika saya berpikir, kenapa tidak sekalian saja saya belajar bahasa Korea jadi apa yang saya lihat di drama lebih bisa terekam dengan baik dan bisa lebih mudah dipahami seolah sedang praktik pembelajaran.

Kalau dihitung-hitung jumlah jam yang saya habiskan untuk menonton drama Korea cukup banyak, sayang saja kalau tidak dimaksimalkan. Dari situlah awal saya mulai tertarik mempelajari bahasa Korea. Mulanya dari menonton channel-channel bahasa Korea gratis hingga membeli buku panduan belajar Bahasa Korea dan kamus bahasa Korea.

Buku dan Kamus Bahasa Korea koleksi pribadi (Sumber: dokpri/irerosana)
Buku dan Kamus Bahasa Korea koleksi pribadi (Sumber: dokpri/irerosana)

Setelah saya belajar bahasa Korea secara mandiri, ada beberapa hal yang saya amati. Pertama huruf Hanguel atau Hangul (huruf Korea) itu lebih sederhana dan mudah ditulis jika dibandingkan huruf Jepang dan huruf China. Dalam satu dua hari saja saya sudah mampu mengingat huruf-huruf Hangul.

Sayangnya tulisan dengan pengucapan Hangul jauh lebih sulit ketimbang huruf Jepang maupun China (itu yang saya rasakan). Walhasil saya berhasil menghapal hurufnya tapi belum banyak punya kosakata yang bisa dihapal. Bahasa sederhananya saya bisa membaca huruf Hangul tapi tidak tahu artinya.

Belajar mandiri memang tidak bisa maksimal. Butuh kegigihan ekstra melebihi mereka yang belajar melalui kelas-kelas baik resmi maupun privat. Tapi kelas-kelas seperti itu tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan saya masih menahannya karena itu.

Akhirnya saya belajar memperlancar dengan sepupu suami yang tinggal di Pontianak. Kebetulan dia ikut kelas Bahasa Korea secara gratis di daerahnya. Kami mulai belajar melancarkan penggunaan huruf Hangul melalui chat whatsapp. Kami mengobrol dengan bahasa Indonesia seperti biasa tapi ditulis dalam huruf Hangul. Setidaknya itu bisa membantu saya mengingat huruf Hangul secara terus menerus.

Percakapan bahasa Indonesia tapi dalam tulisan Hangul dengan sepupu (dokpri/irerosana)
Percakapan bahasa Indonesia tapi dalam tulisan Hangul dengan sepupu (dokpri/irerosana)

Terkadang dia mengingatkan jika ada saya salah tulis atau salah penggunaan Hangul. Selain chat dengan saudara saya juga mempelajari buku yang sudah saya beli. Rupanya buku itu sama dengan buku milik sepupu saya. Kalau dibaca orang Korea itu semacam buku untuk anak setingkat SD mungkin. Banyak gambar dan warna di dalamnya. Tapi secara pembelajaran memang terasa lebih mudah dimengerti.

Isinya mulai dari pengenalan huruf dan cara pengucapan, pengenalan benda-benda hingga percakapan sehari-hari. Saya merekomendasikan buku ini buat teman-teman yang ingin juga belajar bahasa Korea.

Yah kurang lebih seperti itu perjalanan saya belajar bahasa Korea, mulai dari menyukai drama-drama Song Hye Kyo hingga bisa mengenal Hangul. Bagi yang penasaran sudah seberapa jauh saya belajar. Saya belum bisa berbahasa Korea kok, masih sebatas membaca Hangul, menulis Hangul dan percakapan-percakapan sederhana serta bahasa sehari-hari. 

Seperti yang tadi saya ceritakan. Saya hanya ingin belajar agar  waktu yang saya pakai untuk menonton drakor tidak menjadi sia-sia. Setidaknya tidak hanya terhibur melalui cerita tapi juga ada peningkatan bahasa yang saya dapat. Setiap orang bisa jadi punya tujuan lain. Tapi apapun tujuannya semoga bermanfaat :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun