Baskoro merasa idenya lebih nyata, hanya saja belum menemukan solusi soal darimana dananya. Setelah lama berpikir dan hanya berputar-putar tanpa jalan keluar, tiba-tiba terbesit niat Baskoro untuk membatalkan saja pagelaran tersebut.
"Jangan Pak, Bapak kan sudah koar koar ke mana-mana, sudah jadi berita di mana-mana juga. Tak baik untuk reputasi Bapak!"
Ucapan Paimo sempat membuat Baskoro ragu tapi ia tetap membulatkan tekad. Ia akan mengganti pagelaran wayang dengan campur sari yang lebih murah. Ia punya kenalan seorang pemilik grup campursari, soal dana bisalah didiskusikan dan nanti bayarnya belakangan.
-----
Sementara itu di dalam kamarnya, Ki Jatayu Mantra merapikan kembali  beskap yang sedari beberapa minggu lalu ia keluarkan. Pakaian itu menjadi simbol bahwa dirinya pernah berjaya selama puluhan tahun di masa silam.
Sejak tersiar kabar grup wayang miliknya akan ditanggap oleh calon bupati di alun-alun barat, ia kembali mengeluarkan beskap yang sudah lama tersimpan di lemari. Ia taburkan parfum aroma kasturi kesukaannya hampir ke seluruh bagian. Setiap hari ketika bangun tidur ia akan melihatnya dengan penuh kebanggaan begitupun ketika mau tidur.
Lalu tiba-tiba saja tersiar kabar bahwa pagelaran wayang dibatalkan. Ki Jatayu kecewa bukan main. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali melipat harapan besama si beskap lalu menguncinya kembali di dalam lemari.
Rupanya perjalanan mimpinya untuk kembali menuju ke kejayaan wayang masih panjang. Rupanya ia hanya -tanpa sengaja- terbangun di tengah jalan dan harus melanjutkan mimpinya kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H