Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perkara Jenis Font yang Cocok untuk Situs Pemerintah

2 Februari 2024   11:59 Diperbarui: 2 Februari 2024   14:30 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu berpikir bahwa sebuah font bisa saja membuat mood seseorang berantakan? Itulah yang saya rasakan ketika sedang meriset data ke salah satu laman portal instansi pemerintah. Font yang mereka gunakan bisa dibilang kurang familiar, sulit dibaca dan membuat mual.

Contoh laman situs yang kurang nyaman dibaca (sumber: tangkapan layar situs kotabogor.go.id)
Contoh laman situs yang kurang nyaman dibaca (sumber: tangkapan layar situs kotabogor.go.id)

Situs web milik pemerintah merupakan media informasi, sosialisasi, serta layanan publik yang bisa diakses oleh semua pihak. Situs ini juga berfungsi sebagai media interaksi dengan masyarakat serta sumber informasi yang bisa dipercaya. Tak ayal banyak pihak menggunakanya sebagai bahan referensi atau rujukan.

Dari situ sudah selayaknya situs pemerintah dipoles dan ditampilkan sedemikian rupa agar masyarakat yang mengaksesnya mendapatkan kemudahan dalam melakukan pencarian informasi serta data-data yang dibutuhkan untuk referensi.

Situs web yang baik sebaiknya user friendly dalam artian mudah digunakan, gampang diakses serta mudah dipahami. Termasuk dalam hal ini adalah pilihan warna serta font yang digunakan. Memang ada ribuan font yang bisa pilih sesuai selera pengguna namun untuk beberapa situs seperti instansi pemerintah, perusahaan maupun organisasi agaknya perlu dipikirkan dengan lebih bijak dan hati-hati.

Faktanya tidak semua font cocok digunakan untuk situs pemerintahan karena bentuknya yang rumit atau kurang nyaman ketika dibaca. Hal ini cukup mengganggu dan membuat pusing para penggunanya. Ingin menyerah tapi perlu datanya tapi kalau dipaksa baca seolah ada helikopter berputar-putar di kepala.

Dalam situasi seperti ini biasanya saya mengakalinya dengan mengcopy paste isi artikel ke Microsoft (Ms) Word dan baru kemudian membacanya. Memang ribet dan membutuhkan waktu lebih lama tapi ya mau bagaimana, namanya juga butuh.

Tentu saya lebih berharap situs-situs pemerintah atau instansi yang memuat banyak informasi penting bisa mudah dibaca dengan pilihan font yang normal atau standar. Memang variasi font-font yang beredar banyak yang lucu, unik dan menarik. Tapi untuk ranah formal bukankah lebih baik memilih yang mudah dibaca?

Jika bingung harus memilih font yang mana, kita bisa menggunakan rujukan dari Ms. Office. Font-font default milik Ms. office sudah teruji paling aman dan sering digunakan oleh banyak instansi maupun perorangan. Ms. Office sendiri sudah beberapa kali mengganti font default-nya.

Tahun 1992 hingga 2007, Ms. Office menggunakan Times New Roman dan menjadikannya standar penulisan. Hingga saat ini pun font Times New Roman masih berjaya berada di puncak kepenulisan. Ia sering dipakai di dokumen-dokumen resmi maupun akademis. Bisa bilang Times New Roman adalah raja dari rajanya font.

Memakai Times New Roman bisa dibilang cukup aman meski kesan klasiknya sangat terasa. Maklum font ini dilucurkan secara resmi 92 tahun lalu, tepatnya pada 3 Oktober 1932, itu pun pasca mengalami proses pengujian yang lumayan rumit dan panjang.

Jika kurang nyaman dengan Times New Roman, kita masih punya pilihan font default Ms. Office setelahnya yaitu Calibri. Dibanding dengan seniornya, Calibri lebih lembut ketika dibaca. Batang dan sudutnya lebih bulat dan halus. Font ini sangat nyaman hingga betah nangkring sebagai font default office suite selama kurun waktu 2007 hingga 2023.

Pengganti Calibri bernama Aptos. Tahun 2023 Aptos berhasil menggeser posisi Calibri yang bertahan selama 16 tahun. Sebelumnya ada 5 jenis font yang diajukan untuk dilakukan pengujian di antaranya Grandview, Seaford, Skeena, Tenorite dan Bierstadt.

Butuh waktu 2 tahun untuk melakukan pengujian sebelum pada akhirnya memilih Bierstadt dengan sedikit modifikasi dan menamainya Aptos.

Aptos sendiri termasuk ke dalam jenis font Sans Serif. Menurut Microsoft, Aptos adalah font Sans-Serif humanis yang lebih modern, mudah didekati, profesional, namun tidak terlalu formal.

Baik Times New Roman, Calibri maupun Aptos sama-sama sudah melalui analisis serta proses pengujian yang sangat panjang. Jadi faktor kenyamanan pengguna ketika membacanya sudah tidak diragukan lagi.

Jika masih kurang sreg dengan 3 pilihan tadi karena terkesan pasaran dan ada di mana-mana maka bisa memilih opsi kedua yaitu referensi dari laman situs instansi-instansi lain.

Contoh situs pemerintah kota Jakarta dan Surabaya yang sama-sama menggunakan font Segoe UI. Font ini termasuk dalam kelompok font Segoe yang diproduksi oleh Monotype Imaging.

Dari kacamata orang awam seperti saya, kalimat dengan font ini terlihat lebih rapi sehingga mudah dibaca. Angka dalam font ini terlihat lebih besar dan menonjol dibandingkan dengan hurufnya sehingga cocok digunakan untuk laporan atau tulisan yang mengandung banyak angka.

tangkapan layar situs surabaya.go.id
tangkapan layar situs surabaya.go.id

Berbeda dengan Jakarta dan Surabaya, Semarang dan Solo memilih font yang menjadi favorit kebanyakan orang yaitu Arial. Font Arial oleh Microsoft dinilai lebih humanis dan lembut jika dibandingkan Sans Serif. Font ini cocok digunakan untuk segara jenis tulisan baik laporan, presentasi, maupun artikel majalah. Bisa dibilang Arial adalah font paling aman untuk dipilih dalam segala bidang kebutuhan.

Tentunya masih banyak pilihan font yang menarik tapi mudah dibaca yang bisa dipakai untuk situs pemerintahan namun jika ragu-ragu, tak ada salahnya memilih salah satu di antara font-font yang ada di atas.

Semoga ini bisa jadi bahan pertimbangan instansi yang bersangkutan. Saya pun tak mengira perkara memilih font bisa menjadi penting dan panjang lebar begini. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun