Melalui galeri ini juga diabadikan beberapa peristiwa penting bagi sejarah pendidikan kota Bogor salah satunya didirikannya Hollandsch Chineesche  School Vereeniging atau perkumpulan sekolah Belanda Tionghoa oleh Thung Tjoen Pok di jalan Surya Kencana (tempat pemukiman etnis Tionghoa).
Ada juga lukisan ketika Soekarno berpidato di Lapangan Sempur Bogor. Jepang kala itu butuh sosok yang pandai berorasi untuk mendukung Jawa Sentotai dan Fujinkai di Bogor, lalu diundanglah Soekarno. Di hadapan 20.000 ia mengorasikan agar bangsa Indonesia mau membantu Jepang untuk memenangkan perang Pasifik.
Di masa perjuangan, Bogor juga dikenal sebagai pusat pelatihan tentara PETA (Pembela Tanah Air). Di sana jugalah para pemimpin-pemimpin bangsa dilatih dan ditempa.
Kota Bogor juga ingin mengapresiasi pers dengan menghadirkan lukisan Tirto Adi Soerjo, salah satu tokoh pers yang memprakarsai surat kabar pertama di negeri ini.
Peristiwa-peristiwa sejarah seperti demonstrasi Soe Hok Gie, Soekarno yang blusukan di pasar Bogor serta gugurnya kapten Muslihat juga turut diabadikan. Kapten Muslihat adalah salah seorang pejuang Bogor yang bergabung dengan tentara PETA. Ia gugur dalam bentrok yang terjadi di alun alun Kota Bogor dan Jembatan Merah.
Karena jasanya yang begitu besar, pemerintah kota Bogor mengabadikan nama Muslihat menjadi nama jalan. Yap, jalan Muslihat yang tak lain adalah jalan di depan Perpustakaan dan Galeri ini.
Memasuki era orde baru, galeri ini mencatat beberapa sejarah pembangunan oleh beberapa walikota terdahulu. Salah satu yang diabadikan yaitu pembangunan hijau yang diprakarsai oleh walikota Ir. Muhammad. Termasuk dalam program ini antara lain penertiban penjagalan hewan ternak yang tidak ramah lingkungan, penataan kota agar lebih hijau serta pembenahan tumpukan sampah yang menggangu masyarakat. Ada juga sistem kerja Catat Monitor sebagai wadah aduan masyarakat yang diprakarsai oleh Walikota Iswara.
Memasuki era reformasi, kita langsung berhadapan dengan lukisan vihara Dhanagun berwarna merah mencolok. Vihara ini menjadi tempat sekaligus saksi perayaan Cap Go Meh pertama di Bogor.
Di era ini beberapa infrastruktur juga dibangun oleh Walikota Diani Budiarto diantaranya perluasan infrastruktur transportasi jalan baru yang akan menghubungkan kota Bogor dengan kabupaten.
Budiarto sendiri dikenal sebagai walikota dengan gaya kepemimpinan yang unik. Lukisan tentang beliau bercerita mengenai kebiasannya yang suka mendatangi masjid-masjid secara acak menjelang subuh untuk berdialog dengan para warga.