Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Lifestyle | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Takbir Keliling dengan Kawan-Kawan, Momen Indah Masa Kecil yang Tak Bisa Terulang

2 April 2023   20:40 Diperbarui: 2 April 2023   20:57 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam menjelang perayaan hari raya Idul Fitri, rumah-rumah penduduk terasa lebih hangat.

Sejak sore ibu sudah mulai sibuk di dapur, sementara bapak-bapak berkumpul di masjid membantu penghitungan zakat fitrah sembari sesekali mengumandangkan takbir.

Malam lebaran tahun 90an, sehabis berbuka puasa saya sibuk menata diri. Memakai setelan muslim, merapikan jilbab, mengambil obor yang sudah Bapak buat sedari siang lalu berjalan menuju lapangan di dekat sekolah.

Dari jauh, terlihat lapangan terang oleh lautan obor sehingga menampakkan keriuhan ratusan anak berbaris rapi dengan mengenakan setelan busana muslim.

Di barisan paling depan terdapat gerobak yang mengangkut bedug serta mobil pickup lengkap dengan sound system-nya.

Saya cepat-cepat menuju ke kerumunan, memotong salah satu barisan dan mulai menyapa kawan-kawan lalu menyalakan obor dengan cara menempelkannya ke obor lain.

Salah satu hal yang paling ditunggu ketika masih kecil adalah malam takbir keliling.

Ada perasaan campur aduk yang tak bisa digambarkan ketika mengikuti takbir keliling.

Perasaan lega setelah menyelesaikan puasa ramadan, perasaan senang karena besok sudah bisa makan ketupat opor dan memakai baju baru, perasaan excited mendengar suara bedug sembari berjalan dengan meneriakkan takbir bersama kawan-kawan.

Takbir keliling di desa saya adalah gabungan dari berbagai kelurahan sehingga pengikutnya banyak disertai rute yang lumayan panjang.

Jika dipikir-pikir rute sepanjang itu tak akan sanggup kami lalui di hari biasa dengan berjalan kaki.

Tak dipungkiri, euforia lebaran bersama kawan-kawan sembari meneriakkan nama Allah Swt membuat kaki kami lebih ringan dan sedih ketika garis finish semakin dekat.

Semua anak menjadi lebih bersemangat mendengar dentuman suara bedug di barisan paling depan, diikuti suara teriakan takbir dengan megaphone (toa).

"Allhu akbar, Allhu akbar, Allhu akbar. L ilha illallhu wallhu akbar. Allhu akbar wa lillhil hamdu"

Kami pun menyusul meneriakan takbir sembari terus berjalan.

Takbir keliling atau yang dibeberapa tempat lebih familiar disebut dengan tarling, sudah ada sejak jaman dahulu kala dan tak bisa dideteksi kapan dimulainya.

Kalimat takbir sendiri mengandung pengagungan terhadap kebesaran Allah Swt.

Kegiatan takbir keliling dilakukan sebagai bentuk penyambutan serta perayaan kemenangan Idul Fitri.

Dilansir dari situs NahdlatuL Ulama, anjuran untuk bertakbir di malam hari raya sesuai sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

 

"Perbanyaklah membaca takbiran pada malam hari raya (fitri dan adha) karena hal dapat melebur dosa-dosa."

Hal ini juga diterangkan dalam kitab "Fathul Qarib":

( )

"Disunnahkan membaca takbir bagi lagi-laki dan perempuan, di rumah maupun di perjalanan, di mana saja, di jalanan, di masjid juga di pasar-pasar mulai dari terbenamnya matahari malam Idul Fitri hingga Imam melakukan shalat id."

Takbir keliling juga sebagai bentuk syar islam serta ungkapan rasa syukur ketika menyambut hari kemenangan.

Begitu banyak makna takbir keliling yang mungkin belum saya sadari kala itu tapi yang pasti, takbir keliling menjadi salah satu momen indah masa kecil yang tak bisa diulang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun