Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Saya Tumbuh dan Berkawan dengan Buku-buku

3 Mei 2021   09:52 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:29 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok. Pribadi / Ire Rosana Ullail

Saya rasa budaya patriarki semacam itu juga masih kita temui di Indonesia, di mana perempuan dianggap tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena toh nantinya hanya akan berakhir di dapur dan kasur atau beberapa pekerjaan yang lebih memprioritaskan pria karena perempuan dinilai merepotkan jika nantinya mereka menikah dan punya anak.

Pola-pola seperti itu sangat familiar di masyarakat kita serta membuat banyak perempuan berpikir bahwa setelah menikah hidup mereka berubah dan karir mereka tamat. 

Selanjutnya mereka hanya akan bergumul dengan rutinitas keseharian sebagai seorang istri dan Ibu bagi anak-anaknya sembari tanpa sadar diserang oleh bibit-bibit depresi.

Beruntungnya, Kim Ji Yeong di buku tersebut diceritakan memiliki seorang suami yang peduli dan sayang padanya. Tapi sayangnya, tidak semua perempuan di dunia nyata bernasib sama dengan Ji Yeong, banyak dari mereka harus menghadapi situasi berat, rutinitas yang padat sementara di sisi lain suaminya acuh tak acuh dengan kondisi rumah.

Dari buku ini saya berpikir mengenai kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi tidak hanya perempuan-perempuan di Indonesia tapi juga di bagian negara lain seperti Korea.

Rupanya, apa yang saya rasakan ternyata juga di rasakan oleh banyak perempuan di dunia ini. Kita semua adalah Kim Ji Yeong yang bahkan di tahun 2021 ini masih harus menghadapi budaya patriarki.

Hal semacam itu membuat saya justru ingin memberi dukungan kepada sesama perempuan untuk tidak menyerah kepada keadaan serta terus memperkaya diri. Karena diskriminasi terhadap kaum perempuan akan semakin kuat jika para perempuan itu sendiri menerimanya sebagai suatu kodrat.

Ingin rasanya saya mengupas satu persatu buku yang saya baca tapi rasanya itu tidak akan selesai dalam waktu yang singkat. Pada intinya saya tumbuh dan berkawan baik dengan buku-buku. Mulai dari pertama kali membaca majalah Bobo di masa kanak-kanak seperti yang sempat saya ceritakan melalui video pada link ini hingga buku-buku yang relate dengan kondisi perempuan setelah berumah tangga.

Buku sudah menemani saya tumbuh dengan baik. Saat di mana saya merasa tersisih, merasa tidak sempurna serta sedang tidak baik-baik saja.

Kebahagiaan-kebahagiaan kecil dari membaca buku itu perlahan-lahan tumbuh dan membentuk diri saya yang sekarang. Jika hidup adalah pembelajaran, maka buku adalah media pembelajaran yang paling baik. 

Jika hidup adalah kesetiaan, maka buku adalah teman paling setia. Ia tak hanya menemani tea time di kala pagi dan sore hari, tapi juga ketika keadaan sedang tidak bersahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun