Begini contoh salah satu bait dari puisi berjudul Aku Menunggu di Kantukmu
"Aku mencintaimu seperti televisi tua di gudang nenekmu yang terbakar. Cuma satu kanal dan tidak pakai remot kontrol."
Saya pikir bagaimana seseorang bisa membuat rangkaian kata-kata yang membuat dada berdegup kencang serta pipi memanas sebelum pada akhirnya meninggalkan rasa bahagia ketika selesai membacanya.
Setelah itu saya mulai jatuh cinta dengan karya-karya Aan. Mungkin itulah hadiah bagi seorang gadis lajang yang dalam waktu dekat akan segera menikah.
Beberapa bulan kemudian saya pun menikah.
Banyak kawan berhenti membaca setelah mereka berumah tangga. Alasannya tentu saja karena lelah akibat aktivitas yang padat merayap.Â
Mereka berpikir, membaca buku sudah bukan zaman mereka lagi dan pada akhirnya memutuskan untuk menyerah kepada keadaan.
Tapi saya cukup keras kepala untuk itu. Saya masih saja pergi ke toko buku atau terkadang membelinya secara online, menghabiskan sela-sela waktu dengan membaca buku dan sesekali memberi kode kepada suami tentang buku apa yang ingin saya miliki.
Menikah tidak membuat saya berhenti membaca buku, hanya genrenya saja yang mulai berubah. Salah satu buku yang menyita perhatian setelah menikah adalah Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982.Â
Saya menyukainya karena banyak hal yang relate dengan apa yang saya lihat dan rasakan sebagai perempuan serta posisi mereka dalam kehidupan berumah tangga.
Kim Ji Yeong menggambarkan bagaimana perempuan masih mengalami diskriminasi baik di dalam keluarga sendiri hingga di ranah pekerjaan.Â