Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cerita Berburu Sepeda dari Depok hingga Jakarta

25 Juni 2020   11:20 Diperbarui: 26 Juni 2020   18:26 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalah daya kita yang kantong pas-pasan yang begitu simpangan dengan para sultan otomatis menunduk memberi jalan. Yang jangankan barunya, bekasnya saja bisa membuat para mantan pada minta balikan! Hiii...

Putus asa dengan sepeda bekas saya pun memutuskan untuk membeli yang baru. Kali ini saya pergi ke daerah Kramat Jati yang konon katanya adalah surganya sepeda baru dengan harga miring 90 derajat.

Waw, betapa terkejutnya ketika motor berhenti di depan salah satu toko incaran. Hari mulai terik, sementara kerumunan orang betah berdiri di depan gerbang besi yang masih tertutup rapat.

Dokpri/irerosana
Dokpri/irerosana

Toko yang saya kunjungi adalah salah satu toko terkenal di kalangan para pecinta sepeda. Para pengantre terdiri dari mereka yang ingin servis, mereka yang mencari sparepart pula orang-orang seperti saya yang ingin membeli baru.

Toko baru buka tengah hari namun kabarnya para pengantri sudah stand by sedari jam 8 pagi.

Begitu gerbang dibuka sedikit pegawai pun membagikan nomor antrean dan membatasi jumlah pengunjung yang masuk ke dalam. Masa pandemi membuat jumlah pengunjung yang masuk dibatasi sementara protokol seperti pemakaian masker serta menjaga jarak juga masih diberlakukan.

Setelah menunggu lama dengan nomor antrean yang tak kunjung sampai, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke toko lain yang lebih sepi pengunjung. Lagi pula menurut kabar yang saya dengar stock di toko pertama tadi sudah mulai berkurang.

Harga terendah yang tersisa berkisar di atas 3 jutaan sementara sisanya adalah sepeda-sepeda sultan yang harganya.... yah...tak perlu disebutkanlah ya!

Duh, belum masuk tapi saya sudah merasa tertekan sendiri, takut dan merasa bersalah jika nantinya tidak menemukan sepeda yang cocok sementara di luar antrean semakin mengekor panjang. Tak kuasa menahan keminderan akhirnya saya pun berpindah ke toko lain.

Toko kedua hanya melayani penjualan saja dengan harga lebih variatif, dari yang murah hingga puluhan juta rupiah. Kali ini tak ada sistem antrean karena pengunjungnya tak seramai toko sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun