Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Sedang mencari waktu luang untuk membaca buku email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tahun Ini Kami Tidak Nyekar

18 Mei 2020   21:45 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:46 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal-tanggal segini saya biasanya sudah berada di kampung halaman, bercengkerama dengan keluarga, bukber dengan teman-teman lama atau membuat kue lebaran bersama ibu di rumah. Nanti 4-5 hari lagi kami akan ziarah kubur atau istilahnya nyekar ke makam sanak keluarga di Salatiga.

Sebagai persiapan nyekar kami akan pergi ke pasar di dekat rumah untuk membeli beberapa bunga tabur. 1-2 menjelang lebaran hampir semua pasar serentak menjual aneka bunga-bungaan. Kami menyebutnya pasar bunga. Letaknya di emper-emperan pasar utama atau di sepanjang jalan masuk pasar.

Dahulu pasar bunga didominasi oleh bunga mawar dalam bentuk tabur di campur dengan kenanga dan irisan pandan. Kini, variasi bunga yang dijual di pasar bunga semakin banyak. Tidak hanya bunga yang diperuntukkan untuk nyekar saja tapi juga bunga buket untuk hiasan rumah ketika lebaran.

Sebelum fajar ibu akan ke pasar untuk membeli beberapa paket bunga tabur sementara saya akan mengincar beberapa ikat krisan putih. Jika dirasa mahal, kami akan mengalah untuk pergi ke pusatnya di pasar Bandungan yang terletak di gunung Ungaran.

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke sana namun perjalanan tak akan begitu terasa karena udara serta pemandangan yang harus lalui sangat indah. Anggap saja sedang berwisata, ujar saya mencoba menyenangkan diri.

Setelah mendapat bunga dengan harga dan jenis yang cocok di hati, kami akan pulang untuk segera berangkat nyekar. Kami berangkat beriringan satu keluarga. Di sana keluarga dari Pakde dan Bulik sudah terlebih dahulu menunggu karena kami akan pergi bersama-sama.

Di Jawa Tengah nyekar sudah menjadi tradisi rutin menjelang lebaran. Nyekar sendiri berasal dari kata "sekar" yang artinya kembang atau bunga. Nyekar berarti menabur bunga di makam sanak keluarga yang sudah lebih dulu mendahului kita.

Bapak pernah bilang kepada saya bahwa malaikat menyukai wewangian sementara jaman dulu keberadaan parfum belum familiar sehingga digunakanlah bunga-bunga yang wangi untuk berziarah kubur. Tak heranlah bunga-bunga yang dijual di emperan makam didominasi oleh bunga-bunga dengan aroma pekat seperti kantil (kenanga), mawar, tlasih dan pandan dipadukan dengan air mawar atau air sulingan kenanga.

Sebelum berangkat ke makam, kami terlebih dulu berwudhu. Sesampainya di makam, kami akan menabur bunga dan menyiram air mawar di atas makam. Selanjutnya Bapak akan memimpin membaca surat Yasin tahlil dan diteruskan dengan mengirim doa untuk ahli kubur.

dokpri/irerosana
dokpri/irerosana

Lebaran identik dengan kebahagiaan bisa berkumpul bersama keluarga. Tak hanya dengan mereka yang masih hidup kami juga ingin membagi kebahagiaan tersebut dengan mengunjungi makam sanak keluarga yang sudah lebih dulu pergi untuk mengirim doa.

Ketika berada di makam, ada adat serta tata cara yang di pegang teguh oleh orang-orang seperti mengucap salam ketika masuk serta tidak melangkahi gundukan makam. Di sana kita juga harus berjalan berhati-hati karena banyak makam tua yang mulai tak terlihat dan rata dengan tanah. Kami juga tidak berbicara dengan suara keras, tertawa berlebihan pula menghindari ucapan-ucapan yang kurang baik. Segala hal tersebut kami percaya sebagai unggah ungguh atau sopan santun terhadap ahli kubur.

Begitulah kebiasaan serta tradisi yang selalu kami jalani menjelang lebaran. Karena tahun ini kami tidak mudik dan ada anjuran social distancing maka tradisi nyekar terpaksa absen dulu. Kirim doa terhadap ahli kubur dilakukan di rumah masing-masing.

Meski tidak ada kegiatan ke pasar bunga  serta tabur bunga namun esensi dari nyekar masih bisa dilakukan yaitu mengirim doa. Ziarah bisa tetap dilakukan nanti, ketika himbauan untuk social distancing sudah tidak lagi diberlakukan.

Meski banyak hal berubah namun masih ada saja yang bisa disyukuri yaitu kita masih diberi kesehatan sehingga masih bisa mengirim doa bagi mereka yang sudah mendahului.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun