Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Semangkuk Kelezatan Laksa Betawi dengan Aroma Khas Kemangi

2 Maret 2020   21:12 Diperbarui: 2 Maret 2020   21:11 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain soto Betawi, Jakarta juga punya kuliner khas lain yaitu Laksa Betawi. Namun, berbeda dengan soto Betawi yang hampir bisa ditemui di setiap sudut kota, keberadaan Laksa Betawi sudah mulai jarang ditemui.

Minggu pagi  iseng-iseng kami mengunjungi pasar dadakan di jalan Juanda Depok. Di antara deretan stand makanan yang ada, tanpa sengaja kami menemukan stand penjual Laksa Betawi. 

Tanpa pikir panjang dan karena perut sudah keroncongan kami pun mulai memesannya. 

Aroma kemangi sudah lebih dulu tercium sebelum semangkuk Laksa pesanan kami mendarat dan terhidang di meja. 

Melihat sajian di depan kami, saya bisa membayangkan bagaimana ibu penjual menatanya. 

Potongan ketupat lebih dulu ditata di bagian dasar baru kemudian mie bihun dan tauge. Setelahnya suwiran ayam ditebar merata  dan di tambah potongan telur di sisi sebelah kirinya. 

Aneka bahan tambahan seperti kucai, bawang goreng dan daun kemangi ditabur paling atas dan membuat sajian terlihat semakin cantik dan segar.

Setelah bahan siap, kuah kuning yang kaya dengan bumbu rempah disiram ke atasnya. Panasnya kuah membuat aroma segar daun kemangi lebih mendominasi disusul dengan aroma segar buah mangga serta kucai yang saling bersaut-sautan.  Rasanya semakin tak sabar untuk segera mencicipnya.

Karena saya salah satu penganut makan bubur diaduk maka saya pun mengaduknya, menambahkan sedit sambal serta kecap manis. 

Hmm... rasa kuahnya hampir mirip dengan soto betawi, gurih. Bedanya, Laksa Betawi lebih didominasi warna kuning yang berasal dari kunyit. Semua menjadi sempurna dengan potongan ketupat yang kekenyalannya pas, tidak keras dan tidak terlalu lembek. 

Kuah Laksa Betawi memang kaya akan rempah-rempah. Bumbu-bumbunya antara lain  bawang merah, bawang putih cabai ditambah pula kemiri, ketumbar, kunyit, jahe, sereh, daun jeruk serta daun salam. 

Dokpri
Dokpri

Setelah saya cari tahu, aroma segar dari Laksa berasal dari temu mangga. Bumbu yang bentuknya mirip jahe namun memiliki aroma spesifik seperti buah mangga. 

Selain memberi input aroma tertentu, temu mangga ternyata juga memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit  seperti magh, diare, nyeri haid, keputihan, bahkan jerawat dan bisul.  

Selain itu Temu mangga juga dipercaya bisa mengecilkan perut serta  menambah nafsu makan. Hmm.... pantas saja, hanya dengan menciumnya saja saya jadi tak sabar untuk segera mencicipinya. 

Karena kaya akan rempah, layaklah jika Laksa Betawi disebut sebagai makanan khas bercitra rasa nusantara. 

Berdasarkan info dari kemndikbud.go.id, kata Laksa sendiri berasal dari bahasa sansekerta (India Kuno) Lakhsa yang artinya banyak. Di sebut banyak karena menggunakan aneka macam bumbu. Dan menurut saya mungkin juga karena bahan-bahannya juga banyak. 

Sumber yang sama menyebut bahwa, makanan ini dalam masyarakat Betawi dikaitkan dengan upacara perkawinan. Pada acara lamaran mempelai pria akan memberikan Shie yang berisi bumbu-bumbu untuk membuat Laksa. 

Nantinya pengantin wanita akan membuat Laksa dan dibawa ke rumah mertua saat Tradisi Pulang Tige Ari. 

Beberapa sumber lain menyebut bahwa Laksa Betawi lahir dari percampuran suku melayu dengan Tionghoa. Gambarannya begini, pada abad 15, banyak pedagang Cina yang datang untuk berdagang dan menikah dengan pribumi, lalu terjadilah percampuran baik dari segi budaya maupun masakan.

Seperti halnya soto, beberapa daerah lain di Indonesia juga memiliki Laksa dengan ciri khas dan cita rasa masing-masing. Misalnya saja Laksa Palembang, Laksa Bogor dan Laksa Jepara, lalu ada juga Laksa Tangerang dan Cibinong yang berbeda rasa kuahnya. 

Ngomong-ngomong, tak terasa Laksa yang kami santap  hampir habis. Satu potongan ketupat yang terakhir berhasil mendarat aman sampai ke mulut lalu meluncur ke perut kami.

Ah.... kenyangnya. Sarapan pagi kami akhirnya terselamatkan. Selain kenyang, keringat kami pun mulai bercucuran. Rupanya memakan Laksa selain meninggalkan rasa senang juga  membuat suhu tubuh kami meningkat.   

Bagi yang penasaran dan tinggal di sekitaran Depok, bisa mencoba ke pasar dadakan
minggu pagi di jalan Juanda. Siapkan 15ribu rupiah saja untuk bisa menikmati semangkuk Laksa Betawi yang akan menggoyang lidah anda. Salam.

Reff 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun