Setelah saya cari tahu, aroma segar dari Laksa berasal dari temu mangga. Bumbu yang bentuknya mirip jahe namun memiliki aroma spesifik seperti buah mangga.Â
Selain memberi input aroma tertentu, temu mangga ternyata juga memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit  seperti magh, diare, nyeri haid, keputihan, bahkan jerawat dan bisul. Â
Selain itu Temu mangga juga dipercaya bisa mengecilkan perut serta  menambah nafsu makan. Hmm.... pantas saja, hanya dengan menciumnya saja saya jadi tak sabar untuk segera mencicipinya.Â
Karena kaya akan rempah, layaklah jika Laksa Betawi disebut sebagai makanan khas bercitra rasa nusantara.Â
Berdasarkan info dari kemndikbud.go.id, kata Laksa sendiri berasal dari bahasa sansekerta (India Kuno) Lakhsa yang artinya banyak. Di sebut banyak karena menggunakan aneka macam bumbu. Dan menurut saya mungkin juga karena bahan-bahannya juga banyak.Â
Sumber yang sama menyebut bahwa, makanan ini dalam masyarakat Betawi dikaitkan dengan upacara perkawinan. Pada acara lamaran mempelai pria akan memberikan Shie yang berisi bumbu-bumbu untuk membuat Laksa.Â
Nantinya pengantin wanita akan membuat Laksa dan dibawa ke rumah mertua saat Tradisi Pulang Tige Ari.Â
Beberapa sumber lain menyebut bahwa Laksa Betawi lahir dari percampuran suku melayu dengan Tionghoa. Gambarannya begini, pada abad 15, banyak pedagang Cina yang datang untuk berdagang dan menikah dengan pribumi, lalu terjadilah percampuran baik dari segi budaya maupun masakan.
Seperti halnya soto, beberapa daerah lain di Indonesia juga memiliki Laksa dengan ciri khas dan cita rasa masing-masing. Misalnya saja Laksa Palembang, Laksa Bogor dan Laksa Jepara, lalu ada juga Laksa Tangerang dan Cibinong yang berbeda rasa kuahnya.Â
Ngomong-ngomong, tak terasa Laksa yang kami santap  hampir habis. Satu potongan ketupat yang terakhir berhasil mendarat aman sampai ke mulut lalu meluncur ke perut kami.