Selain soto Betawi, Jakarta juga punya kuliner khas lain yaitu Laksa Betawi. Namun, berbeda dengan soto Betawi yang hampir bisa ditemui di setiap sudut kota, keberadaan Laksa Betawi sudah mulai jarang ditemui.
Minggu pagi  iseng-iseng kami mengunjungi pasar dadakan di jalan Juanda Depok. Di antara deretan stand makanan yang ada, tanpa sengaja kami menemukan stand penjual Laksa Betawi.Â
Tanpa pikir panjang dan karena perut sudah keroncongan kami pun mulai memesannya.Â
Aroma kemangi sudah lebih dulu tercium sebelum semangkuk Laksa pesanan kami mendarat dan terhidang di meja.Â
Melihat sajian di depan kami, saya bisa membayangkan bagaimana ibu penjual menatanya.Â
Potongan ketupat lebih dulu ditata di bagian dasar baru kemudian mie bihun dan tauge. Setelahnya suwiran ayam ditebar merata  dan di tambah potongan telur di sisi sebelah kirinya.Â
Aneka bahan tambahan seperti kucai, bawang goreng dan daun kemangi ditabur paling atas dan membuat sajian terlihat semakin cantik dan segar.
Setelah bahan siap, kuah kuning yang kaya dengan bumbu rempah disiram ke atasnya. Panasnya kuah membuat aroma segar daun kemangi lebih mendominasi disusul dengan aroma segar buah mangga serta kucai yang saling bersaut-sautan. Â Rasanya semakin tak sabar untuk segera mencicipnya.
Karena saya salah satu penganut makan bubur diaduk maka saya pun mengaduknya, menambahkan sedit sambal serta kecap manis.Â
Hmm... rasa kuahnya hampir mirip dengan soto betawi, gurih. Bedanya, Laksa Betawi lebih didominasi warna kuning yang berasal dari kunyit. Semua menjadi sempurna dengan potongan ketupat yang kekenyalannya pas, tidak keras dan tidak terlalu lembek.Â
Kuah Laksa Betawi memang kaya akan rempah-rempah. Bumbu-bumbunya antara lain  bawang merah, bawang putih cabai ditambah pula kemiri, ketumbar, kunyit, jahe, sereh, daun jeruk serta daun salam.Â