Memiliki mantan memang sedikit menyusahkan. Sering berkomunikasi dibilangnya belum move on, tidak menghubungi bilangnya masih sakit hati. Dianggap teman biasa tidak bisa, dianggap spesial, sudah bukan haknya.
Apalagi jika sekarang kita sudah memulai hubungan yang baru dengan orang lain, perkara mantan akan menjadi lebih sensitif. Terlebih bagi wanita.Â
Mereka bisa mendadak ngambek tanpa mengucap sepatah katapun. Usut punya usut ternyata karena kita tanpa sengaja bertemu dengan mantan di jalan.
Padahal niatnya sekadar basa basi dan say hello untuk pantas-pantasan, tapi pasangan kita ngambeknya kok betulan.Â
Sudah begitu, segala hal akan melebar ke mana-mana, yang dibilang kita masih ada rasalah, punya niat balikanlah, mantan terindahlah. Ck ck, ada-ada saja alasan seseorang untuk cemburu.
Apapun itu selama kita punya mantan, kita akan selalu dikejutkan dengan pertemuan-pertemuan tak terduga dengan mereka. Adakalanya bahkan tanpa sengaja bertemu di saat-saat yang bisa dibilang kurang tepat.Â
Seorang penasihat dan pakar hubungan bersertifikat David Bennet berpendapat bahwa momen bertemu dengan mantan memunculkan berbagai emosi dan emosi sering kali merupakan reaksi yang mendalam dan kuat sehingga tubuh tidak selalu bisa menjelaskan atau mengendalikan secara rasional (msn.com)
Lalu kapan saja waktu terburuk ketika kita bertemu mantan dan bagaimana sebaiknya kita bersikap?
Pertama, ketika mantan datang membawa sebuah kertas di tangannya. Ya benar! Maksud saya itu, undangan pernikahan. Saat paling canggung bertemu mantan adalah ketika ia menyampaikan sendiri undangan pernikahannya.Â
Lebih canggung lagi kalau kita masih ada rasa, pasti akan sulit untuk bereaksi. Ingin tersenyum bahagia, tapi kok hati teriris-iris, ingin menangis tapi malu dan takut ketahuan kalau masih ada rasa.
Bagi sebagian orang kondisi ini tentunya tidak mudah. Dan banyak dari mereka justru terjebak situasi dengan memasang mimik yang cenderung terlihat dibuat-buat.
Lalu bagaimana sebaiknya? Kita memang perlu upaya penyelamatan harga diri agar tak terkesan kasihan karena ditinggal nikah duluan.
Upaya darurat yang paling bisa dilakukan tentunya menguasai diri semaksimal mungkin. Menahan emosi dengan tidak menangis, marah maupun terlihat sedih.Â
Ingat, dia hanya mampir sebentar untuk memberi undangan, anggap saja tak lebih dari 5 menit. Namun, dalam waktu 5 menit itu tersimpan harga diri kita. Jika sedikit saja kecolongan, malunya bisa seumur hidup.
Usahakan memasang mimik setenang dan sedatar mungkin. Setelahnya, ucapkan selamat dengan nada bahagia, seolah kita terbebas dari lilitan utang yang teramat besar.
Ya, sebahagia itu! Ucapkan "selamat ya, akhirnya...." Dengan sumringah, baru setelah dia pergi kalau mau menangis semalaman, silakan.
Kedua, ketika bertemu mantan di jalan dengan pasangannya beserta anak-anaknya. Tentu kondisi seperti ini akan lebih mudah jika kita juga membawa pasangan beserta anak, namun, akan berbeda jika kita masih single dan bahkan pacar pun tak punya.
Saat seperti itu kita pasti canggung plus bingung apakah perlu menyapa atau tidak. Jika tidak menyapa malah dikira kita masih ada rasa dan jika menyapa kejadian yang akan terjadi selanjutnya tentulah saling mengenalkan satu sama lain.Â
Pada saat itu kita harus siap ditanya soal pasangan, "kamu sudah nikah?" dan menguatkan hati untuk menjawab, "aku masih jomblo...."
Untuk menyelamatkan harga diri, ada baiknya kita mengganti jawaban dengan kata-kata yang lebih aman seperti, "Lagi fokus bekerja, buat nyiapin masa depan...." atau bisa juga "Inshaallah segera.....doakan ya," beri kalimat optimis meski hati miris, duh pacar saja nggak ada, mau segera apanya!
Ketiga, bertemu mantan di pelaminannya. Menghadiri pernikahan mantan menjadi salah satu hal terberat dalam hidup manusia. Banyak emosi, drama, tangis bercampur aduk di sana.
Sebutlah beberapa waktu ini kita pasti pernah melihat video viral dengan judul "belasan tahun pacaran, datang sebagai tamu undangan," bukan?
Dalam video-video itu banyak sekali reaksi tak terkontrol antara kedua orang yang bersangkutan. Acapkali malah si pengantin yang tidak bisa menahan tangis dan memeluk si tamu undangan alias si mantan.
Menghadiri pernikahan mantan memang mengandung banyak risiko. Kita harus sadar akan hal itu, bahwa segala hal bisa terjadi di sana. Misalnya, kita sudah berusaha menahan diri untuk biasa saja, ee.. malah pengantinnya yang baper dan menangis tak karuan.Â
Momen seperti itu tentu membuat canggung. Dan jika si pengantin biasa saja, bisa jadi teman-teman kitalah yang mengolok-olok hingga kita malu.
Karena berbagai alasan, banyak orang memutuskan untuk tidak menghadiri undangan mantan. Kalau saran saya sih, jangan. Datang saja dan buktikan bahwa di antara kalian sudah tidak ada apa-apa dan semua baik-baik saja.Â
Menghadiri undangan merupakan bentuk penghormatan kepada si pengundang sekaligus pembuktian bahwa kita manusia yang baik.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk terhindar dari kekacauan adalah datang dengan membawa pasangan. Dengan membawa pasangan, setidaknya bisa dipastikan bahwa nantinya tak akan ada adegan tangis-tangisan serta peluk-pelukan.Â
Kalau kesusahan mencari pasangan, bisa minta tolong saudara, teman adik, teman kakak, teman tante atau kalau masih susah juga, order ojek online dan minta abangnya pakai baju batik!
Keempat, ketika ketemu mantan yang tambah menawan sementara kita gitu-gitu aja. Ini cukup menjengkelkan, di saat penampilan, karir dan muka kita masih tak berubah, tiba-tiba kita bertemu mantan yang sudah jauh lebih menawan ketimbang dulu saat masih bersama. Sakitnya itu di harga diri!
Seolah dia telah move on jauh sementara kita masih belum berubah. Kesannya lagi, kita masih di tempat yang sama dan dengan perasaan yang sama.Â
Hal semacam ini tentu lebih baik dicegah sebelum terlanjur kejadian. Caranya dengan memperbaiki diri sedini mungkin. Prinsip yang harus dipegang adalah setiap hari harus ada kemajuan dan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Kelima, bertemu di reuni. Begitu mendengar kata reuni, pikiran pertama yang muncul adalah kenangan masa lalu dan perangkat-perangkatnya.Â
Momen ini oleh sebagian orang justru dipakai untuk mencari celah agar bisa balikan dengan mantan. Namun, ada juga yang justru was-was ikut reuni karena tidak siap bertemu dengan mantan.
Apabila kita termasuk ke dalam kelompok ke 2 maka saya sarankan jangan datang ke reuni sendirian dan jangan biarkan ada satupun momen yang menyebabkan kita sendirian di sana.Â
Usahakan janjian dan datang dengan gerombolan teman. Tentu kita tak ingin momen reuni rusak hanya karena seseorang dari masa lalu yang kembali muncul.
Begitulah nasib seseorang yang memiliki mantan. Sejauh masih hidup dan tinggal di bumi, momen-momen pertemuan tidak dapat dihindari. Kala itu kita hanya bisa berupaya untuk mengendalikan diri sendiri.Â
Meski posisinya tak jelas di hidup kita, tapi mantan bukan alien, dia manusia biasa. Akhir kata, sedih itu perlu, tapi sedih yang berlarut-larut tak akan membawa apa-apa.
Tim Srikandi 4.0 Listhia H. Rahman, Wahyu Sapta, Ire Rosana Ullail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H