Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Kaya Mendadak, dari Pesugihan hingga Kerajaan

29 Januari 2020   17:43 Diperbarui: 29 Januari 2020   17:52 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : HiTekno.com

Penangkapan Petinggi Sunda Empire, Rangga Sasana di Bekasi (28/1) memperjelas status kerajaan-kerajaan baru yang memang patut dipertanyakan. Masyarakat kita memang tengah dibanjiri berita kemunculan kerajaan-kerjaan baru yang cukup meresahkan. Beruntung satu persatu petinggi kerajaan mulai dibekuk agar tak semakin menyebar luaskan paham.

Sebelumnya, polisi telah lebih dulu menahan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat pada 14 januari lalu. Keduanya dijerat UU No.1 /1946 tentang Peraturan Hukum Pidana serta pasal 378 KUHP tentang penipuan.

Orang menipu memang sudah ada sejak dulu, namun mengapa masih banyak masyarakat kita yang tertipu dan mau menjadi pengikut kerajaan-kerajaan fiktif tersebut? Tercatat sebanyak 450 orang menjadi pengikut kerajaan Agung Sejagat. Jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah kasus penipuan tentunya.

Mungkinkah banyaknya korban penipuan tersebut dikarenakan masih adanya sekelompok orang yang percaya bahwa harta bisa diperoleh dengan cara yang instan?  

Perkara instan di negeri ini bukanlah hal baru, pada era jadul, dikenal istilah yang  namanya "pesugihan". Dalam bahasa jawa, pesugihan berasal dari kata "sugih" alias "kaya", sehingga bisa diartikan sebagai upaya mencari kekayaan. Secara umum, kata "pesugihan" bersifat negatif, karena cara yang digunakan tidak lazim dan berbau instan.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pesugihan pun lucu dan unik. Contohnya adalah Pesugihan Gunung Kemukus yang menyuruh si peminta pesugihan untuk berhubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya. 

Ada lagi Pesugihan Nyai Puspo Cempoko di mana beredar kepercayaan untuk diganjar banyak harta seorang lelaki harus bersedia menjadi suami Nyai Puspo Cempoko dengan melakukan beberapa ritual. Yang tak kalah unik adalah pesugihan Genderuwo yang mengharuskan si pencari pesugihan membawa masakan dari burung gagak, berdiri di bawah pohon gayam dengan bertelanjang bulat.

Sebetulnya ketika seseorang menggadaikan keinginannya untuk memperoleh kekayaan secara instan, ketika itu pula ia telah menggadaikan kenalarannya. 

Dalam kondisi tersebut, seseorang mudah dirasuki, dibujuk, dibisiki dan dimanfaatkan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu sekehendak hati orang yang membisiki. Jadi jangan heran kalau orang ingin kaya mendadak rela melakukan ritual aneh-aneh atau mempercayai cerita-cerita konyol tentang Sunda Nusantara yang kekuasaannya meliputi 54 negara.

Jaman memang sudah berubah modern. Era pesugihan semakin surut seiring dengan pengetahuan masyarakat yang mulai meningkat. Namun, rupanya masyarakat masih sama, banyak orang masih menginginkan kekayaan secara instan. 

Bagi orang modern dan berduit, hal tersebut dilabuhkan dalam bentuk investasi. Bisnis investasi memang benar adanya, yang salah adalah penipuan berkedok investasi. Retorika investasi digunakan oleh orang-orang tak bertanggungjawab untuk menjerat masyarakat yang berpengetahuan minim namun memiliki keinginan untuk kaya secara instan.

Tak heran jika kemunculan kerajaan baru-baru ini memiliki banyak peminat. Rupanya para pengikut diiming-imingi gaji serta perolehan pendapatan dengan nominal yang fantastis. Iming-iming harta selalu saja lolos dari nalar seseorang. Jangankan sekadar memakai seragam dan mengikuti rapat kerajaan, wong dulu disuruh bertelanjang bulat di bawah pohon gayam saja dilakukan.

Runtuhnya satu per satu kerajaan baru tentunya memberi efek jera dan sejenak menjauhkan masyarakat dari kedok penipuan serupa. 

Namun, masyarakat tetap harus waspada, pasalnya bukan Rangga dan Totok yang membuat kerajaan mereka berdiri kokoh, tapi kepercayaan masyarakatlah yang menjadikan mereka eksis. 

Sejauh masih ada orang percaya bahwa harta bisa didapat secara instan, sejauh itulah aneka rupa penipuan akan kembali muncul. Jika sekarang ini kedoknya adalah kerajaan-kerajaan, bisa saja nanti muncul orang-orang yang mengaku nabi dan bahkan Tuhan.

Referensi 1 , 2 , 3 , 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun