Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Chhappaak" dan Reaksi Masyarakat India terhadap Korban Serangan Air Keras

8 Januari 2020   10:53 Diperbarui: 8 Januari 2020   11:14 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I am not a victim, I am survivor, The man who attacked me will cover his face. I won't".

Kalimat tersebut keluar dari mulut seorang pejuang korban serangan air keras di India bernama Laxmi Agarwal. Penyerangan dilakukan ketika Laxmi berusia 15 tahun oleh seorang pria bernama Naeem Khan, 32 tahun lantaran sakit hati karena cintanya ditolak.

Di India isu penyiraman air keras sangat marak dan sudah seperti hal yang lumrah. Abc.net.au mengklaim kurang lebih sebanyak 300 penyerangan terjadi setiap tahun dan menempatkan India sebagai negara dengan insiden penyiraman air keras tertinggi di Dunia.

Para korban umumnya perempuan dan penyebabnya antara lain lamaran pernikahan yang ditolak, iri , serta kekerasan dalam rumah tangga. 50% korban mengalami kebutaan akibat serangan yang dilakukan.

Laxmi Agarwal sendiri pasca penyerangan diklaim oleh dokter yang menangani tidak akan bisa selamat namun, Tuhan berkehendak lain. Ia selamat dan memutuskan untuk segera bangkit dari trauma.

Sejak 2006 ia memutuskan menjadi seorang aktivis dan mengkampanyekan pelarang penjualan air keras. Namun baru tahun 2013 pemerintah India mengambil tindakan dengan cara memperketat peredaran penjualan air keras serta mengharuskan setiap outlet untuk meminta identitas dari para pembeli.

Yang paling menyayat hati dari semua yang Laxmi alami adalah pembullyan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya.

"That person attact me once, but the society kept attacking me again and again with their negativity." 

Sangat disayangkan ketika masyarakat yang seharusnya bisa menjadi tempat bernaung para korban, malah melakukan penyerangan yang jauh lebih kejam.

Chhappaak adalah film yang menceritakan bagaimana Laxmi Agarwal berjuang menata kembali hidupnya pasca penyerangan yang pernah dialami. Chhappaak akan segera release pada 10 Januari 2020 namun baru sebatas di India saja.

Deepika Padukone, aktris yang telah mengantongi banyak penghargaan bergengsi seperti Filmfare, IIFA, Zee Cine Award, Stardust award sebagai best aktris, akan beradu peran sebagai Laxmi sekaligus produser pada film ini.

Deepika juga melakukan sosial eksperimen secara langsung yang videonya bisa kita akses di IG @deepikapadukone. Membaur di keramaian  dengan make up dan penampilan yang sama dengan peran yang ia mainkan di filmnya. Hasilnya beberapa orang tidak terlalu mempedulikan, beberapa yang lain memandang aneh, ada juga yang menjauhkan anaknya dan ada pula yang berteriak.

Melalui film ini Deepika ingin mengubah persepsi masyarakat terhadap para korban penyerangan sekaligus memberikan energi bagi para korban untuk tetap survive dan kembali menata hidup.

Penyerangan air keras telah membunuh banyak mimpi perempuan di India. Laxmi Agarwal harus mengubur mimpinya sebagai seorang penyanyi. Soni Devi, harus merelakan mimpinya menjadi seorang polisi karena serangan air keras yang dilakukan oleh suaminya sendiri dan masih banyak mimpi para korban lain yang harus dibunuh sejak dini.

Di Indonesia sendiri masih ditemukan beberapa kasus penyiraman air keras meski tak sebanyak di India. Seperti November lalu di mana seorang pria berinisial FY dibekuk petugas karena telah melakukan penyerangan air keras kepada sejumlah perempuan di daerah Jakarta barat tanpa motif tertentu.

Berkaca dari kasus di India banyak hal bisa kita pelajari, di antaranya respon pemerintah yang kurang cepat tanggap, masyarkat yang kurang empati terhadap kondisi korban serta bullying yang hanya menambah derita korban dan energi yang ditebar Laxmi Agarwal untuk melanjutkan hidup di tengah kondisi yang berat.

Masyarakat Indonesia dan pemerintah belum terlambat dan bisa belajar dari itu semua. Tidak hanya untuk para korban penyerangan air keras tapi juga para korban-korban lain seperti pemerkosaan dan pelecehan seksual. Kita juga bisa memulai diri menjadi lebih bijak dengan tidak melakukan bullying dan body shaming kepada siapapun dan dalam bentuk apapun.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah menjadi masyarakat dan manusia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun