Perlunya toleransi antar sesama
Salah satu kunci sukses toleransi adalah dengan mengerti dan memahami bahwa bangsa kita beragam. Beragam di sini bukan hanya sekadar suku, bahasa dan agama saja tapi juga keadaan, situasi dan kondisi. Selain mereka yang non muslim masih ada golongan yang tidak berpuasa seperti contohnya ; ibu hamil dan menyusui, wanita haid, orang sakit, orang yang sedang dalam perjalanan jauh dan lansia. Tentu kita semua ingin menjadi bangsa yang toleran bukan saja dengan mereka yang non muslim tapi juga dengan  sesama muslim yang sedang tidak menjalankan ibadah puasa.
Saling toleransi juga bisa diartikan sebagai saling menghargai antar satu sama lain. Mereka yang puasa menghargai yang tidak puasa, dan sebaliknya. Warung pun bertoleransi kepada yang tidak membeli alias yang sedang berpuasa dengan menutup sebagian warung menggunakan tirai. Â Dengan saling toleransi kita tidak perlu berdebat apakah warung makan perlu dibuka atau ditutup saat ramadan.
Berfokus kepada ibadah puasa.
Inilah yang terpenting dari semua poin. Daripada kita berdebat dan menyalahkan satu sama lain soal warung, alangkah baiknya kita fokus saja kepada ibadah kita. Ibadah puasa itu berat lho, kalau hanya menahan lapar dan dahaga saja mungkin anak kecil pun bisa, tapi puasa lebih dari sekadar itu. Puasa adalah juga soal keikhlasan dan kesabaran yang mana keduanya tidak dapat diukur kadar nilainya, kecuali hanya oleh Allah Swt. Maka hendaklah kita selalu rendah diri.
Lapar, haus dan merasa ikhlas saja belum tentu diterima oleh Allah Swt, lalu kenapa kita harus mendebatkan soal warung dibuka atau ditutup? Lebih baik kita mengisi ramadan dengan hal-hal baik seperti terus memperbaiki diri, menambah jumlah bacaan Al-qur'an, melaksanakan salat tepat waktu dan banyak-banyak bersedekah. Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat buruk saat ramadan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H