Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Belajar Daur Ulang Sampah Sekaligus Berwisata di TPA Talangagung

10 Januari 2018   15:55 Diperbarui: 10 Januari 2018   22:34 3037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Wisata Edukasi Talangagung Kab. Malang. Yang menarik minat saya adalah kata 'Wisata Edukasi' yang terselip di belakangnya. Bagaimana mungkin TPA menjadi tempat wisata yang edukatif? Saya pun penasaran dan memilih mengunjunginya.

Di bantu oleh seorang teman, saya sampai di lokasi dengan selamat. Dilihat dari pintu masuk, tempat ini lebih terlihat seperti hutan atau taman wisata ketimbang sebuah TPA.  Taman, rumput dan sebuah gazebo kecil memenuhi jalan masuk kanan dan kiri. Terlihat pula beberapa pohon yang ditanam teratur dengan jarak tertentu. Di atas rumput terlihat papan nama putih bertuliskan "Zona 1 Sel 2, Pasif". 

Lalu ada lagi papan nama berwarna cokelat bertuliskan Bumi Perkemahan TPA Wisata Edukasi. Usut punya usut di titik tersebut beberapa waktu sebelumnya digunakan untuk menyelenggarakan Jambore Sampah.  Di sebelah kanannya, menjulur pipa putih dengan papan bertuliskan "Pipa Distribusi Gas Methane".

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Berjalan lebih jauh saya menemukan kantor, laboratorium dan juga tempat untuk demontrasi. Beberapa petugas dan mahasiswa praktik terlihat lalu lalang di sana. Tempatnya rapi, rindang dan sejuk. 

Beberapa menit melihat-lihat saya belum juga menemukan sampah. Cukup aneh memang, berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir sampah tapi tidak menemukan sampah maupun bau-bau tak sedap.

Akhirnya, kami memutuskan menghampiri 2 orang mahasiswa asal Surabaya yang sedang melakukan Praktik Lapangan dan meminta mereka untuk menemani kami berkeliling. Keberadaan mereka rupanya cukup membantu kami untuk mengenal tempat tersebut lebih jauh.

TPA Talangagung adalah tempat pengelolaan sampah terpadu, di mana sampah organik dan mana anorganik dipilah dan diubah menjadi energi biogas. Sebelum 2008, TPA ini sama halnya dengan TPA yang lain namun setelah UU No.18 tahun 2008 yang mengharuskan adanya prinsip 3R (Reuse, Reduce,dan Recycle) muncul, TPA Talangagung mulai mengubah wajahnya menjadi seperti sekarang.

TPA dengan luas area 4,5 Ha ini menerapkan sistem Semi Sanitary Landfill dan Semi Control Landfill. Sanitary Landfill adalah  proses membuang dan menumpuk sampah ke lokasi yang cekung, memadatkannya lalu menutupnya dengan tanah. Metode ini disinyalir dapat menghilangkan polusi dan tentunya ramah lingkungan.

Bagaimana kalau terjadi pencemaran air sungai? Air lindi atau air yang merembas ke bawah hasil dari tumpukan sampah di sana dikelola secara baik. Mereka membangun sumur kontrol yang berada di dekat sungai guna mencegah terjadinya pencemaran.

Air lindi tersebut disalurkan ke IPAL dan disirkulasikan ke sel aktif guna mempercepat proses pembusukan / fermentasi sampah. Air lindi mengandung gas methane -yang setelah proses pemurnian- bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti elpiji. 

Pipa-pipa kecil yang kami lihat di sepanjang jalan tadi berfungsi menyerap gas methane. Sejauh ini, ada sekitar 300 rumah warga sekitar sudah merasakan manfaatnya secara langsung. Mereka tak perlu khawatir saat pasokan gas elpiji di warung mulai langka karena mereka memperoleh bahan bakar yang berasal dari sampah mereka sendiri. 

Hebat, bukan? Selain untuk kebutuhan rumah tangga, gas methane di TPA ini juga mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 5000 watt hingga 22,5 KVA.

Area di TPA tersebut terbagi menjadi 2 zona yang terdiri dari 7 sel. Zona 1 dibagi jadi 2 sel dan sudah pasif sementara zona 2 dibagi jadi 5 sel, sel 1-4 sudah pasif sementara sel 5 masih aktif.  

Makin jauh, ada zona yang masih aktif dan tengah mengalami proses penggarapan. Tumpukan sampah dan bau menyengat baru akan kita temukan di sana.

Bersama 2 Mahasiswa PKL (Jilbab Ungu & Abu)
Bersama 2 Mahasiswa PKL (Jilbab Ungu & Abu)
TPA Talangagung sudah mendapat beberapa penghargaan seperti penghargaan nasional dari Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan Top 25 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015 maupun Piala Kalpataru untuk inovator TPA Wisata Edukasi. (malangtimes.com)

Dari sana saya mengerti mengapa TPA ini berani menamai dirinya "wisata edukasi", karena selain bisa berwisata di taman bekas hasil penimbunan sampah yang bahkan sudah tidak tercium lagi baunya, kita juga bisa mengamati dan belajar tentang bagaimana proses pengolahan serta pemanfaatannya.

Kabarnya sudah ada beberapa TPA daerah lain yang sudah mereplikasi TPA Talangagung ini. Semakin banyak semakin baik. Semoga seluruh TPA lain di Indonesia segera menyusul seperti yang sudah-sudah. Dengan model ini, mimpi Indonesia untuk bebas dari sampah sangat mungkin untuk diwujudkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun