Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus Acho: Pembeli Adalah Raja

10 Agustus 2017   15:33 Diperbarui: 11 Agustus 2017   13:02 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal pertama yang saya lakukan setelah membaca kasus komika Acho di beberapa media adalah membuka google, mengecek kata Apartemen Green Pramuka untuk melihat bentuk dan lokasi (siapa tahu tidak terlalu jauh dengan rumah saya).

Keberadaan Apartemen Green Pramuka sebagai salah satu subjek di kasus ini tidak bisa disembunyikan. Publik jadi tahu, siapa, apa dan bagaimana kasusnya. Bahkan orang awam yang tak mampu membeli apartemen seperti saya ini pun jadi ikut-ikutan tahu kasus yang mungkin terjadi jikalau saya punya apartemen.

Secara pemasaran, adanya berita seperti ini tentu merugikan pihak apartemen. Kalau saja ini kasus perseturuan artis dengan artis yang adu jotos atau siram-siraman air ke muka pastilah si artis tambah laris dan diundang ke salah satu talk show di stasiun televisi. Rejeki mengalir, job makin laris. Sayangnya ini adalah kasus antara pedagang dan pembeli. Saya sederhanakan saja seperti itu.

Di luar pelanggaran pasal 27 ayat 3 UU ITE yang juga tak begitu saya tahu, saya jadi kepikiran mengenai masa depan pemasaran Apartemen Green Pramuka. Setelah adanya kasus yang terjadi, orang tentu akan berpikir ulang untuk menambatkan uangnya ke apartemen tersebut. Apalagi selain AGP, masih banyak tawaran menggiurkan dari apartemen-apartemen lain.

Jadi saya menyayangkan langkah dari AGP untuk mempidanakan Acho. Apalagi Acho bukan orang luar yang sengaja menjelek-jelekkan, dia adalah konsumen dari AGP sendiri. Langkah yang mereka ambil untuk berdamai sangat tepat ketimbang memperkarakannya lebih jauh. Meskipun belum ada jaminan masyarakat akan mengubah keengganannya untuk membeli dan persepsi negatifnya mengenai AGP.

Jika AGP berpikir jauh ke depan, harusnya mereka sudah tahu pasti komplain seperti apa yang kemungkinan akan mereka hadapi.  Pelanggan komplain tentulah emosional, tapi sebagai penjual alangkah baiknya tidak terbawa emosi pelanggan.

Dalam prinsip jual beli, pemasar haruslah ingat pepatah kawakan bahwa "pembeli adalah raja". Jika puas dia akan membagi ceritanya ke seorang teman, dan jika kecewa, dia bisa bercerita kepada 10 orang teman. Tugas penjualah untuk 'mengopeni' pelanggan agar cerita-cerita positif keluar dengan penuh ketulusan dari mulut mereka dan bukan sebaliknya.

Tentu akan sangat susah membangun image yang kadung rusak akibat kasus ini. Saran saya untuk AGP, buat blog kompetisi untuk memulihkan nama baik. Bisa kerjasama dengan Kompasiana, misal. Meskipun ini akan sedikit menyulitkan para kompasioner ketika membuat ulasan.

Sekali lagi, ini hanya saran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun