Jumat sore  27 Mei 2011 para tweeps (pengguna Twitter) sudah mengetahui bahwa FIFA tidak bakalan menjatuhkan sanksi pada PSSI, ini karena seorang tweep yang juga wartawan sebuah koran nasional sudah mendapatkan jadwal acara Pertemuan FIFA untuk hari MInggu dan tidak ada jadwal khusus yang membicaakan Sanksi untuk Indonesia. Yang ada adalah membicarakan sanksi untuk Bosnia dan Brunei yang akhirnya dicabut.
Jadi kalau ada petinggi Komite Nasional yang sebelum berangkat ke markas FIFA Â untuk ikut dalam konggresnya dengan semangat sekali mengatakan bahwa dia akan memperjuangkan agar Indonesia tidak di Ban oleh FIFA bagi kami kami ya agak menggelikan dan mengelus dada saja. Tapi begitulah memang kita kita ini dianggap bodoh dan tidak tau apa apa mengenai situasi yang terjadi di markas FIFA.
Saat inipun di FIFA sendiri sedang terjadi pergulatan tentang pembongkaran suap, sogok, korupsi dibadan sepakbola termaksud. Jack Warner presiden Concacaf  yang bersama Ben Hamam ketua AFF dijatuhi skors oleh Komite Ethic FIFA untuk tidak diperkenankan melakukan kegiatan sepakbola untuk waktu tertentu, mulai berkoar. Dia  membuka borok Sepp Blatter yang membagikan uang US$1 juta yang belum disetujui komite Financial FIFA kepada CONCACAF. Selain itu Blatter di indikasikan membagikan laptop dan proyektor ke semua asosiasi anggota dari Karibia. Ini membuat marah Presiden UEFA Michel Platini. (lihat Kompas Cetak 31 Mei 2011 hal 31).
Kisruh FIFA ini sengaja saya angkat untuk memberi gambaran bahwa FIFA sendiri saat ini sedang dilanda gempa suap, intrik dan korupsi. Bahkan FA Inggris saja sampai saat ini tidak mengindikasikan untuk mau memilih Blatter sebagai Presiden FIFA. Â Bahkan ada semacam Gerakan Internasional yang menginginkan terbentuknya FIFA baru atau sebuah Organisasi Sepakbola Internasional yang tidak serigid dan sekorup FIFA. Jadi kalau Indonesia lewat KN selalu mengagungkan FIFA hendaknya berpikir ulang. Untuk menyapu rezim Nurdin Halid dibutuhkan sapu yang bersih. Saya tidak mengatakan bahwa KN kotor atau terpolusi rezim terdahulu namun dari statement boss KN yang selalu keluar truf bahwa kita akan kena sanksi FIFA kalau tidak mengikuti perintah FIFA adalah naif. Dan ini pasti akan dilakukannya lagi nanti setiba di bumi pertiwi. Pengulangan yang menurut saya akan sia sia kalau tidak disertai penjelasan penjelasan yang masukk diakal kenapa GT dan AP tidak boleh ikut nyalon jadi Ketum PSSI. Namun demikian saya juga tidak mendukung kalau mereka yang memiliki suara atawa dikenal sebagai K78 juga tidak sabaran dengan mendukung mati untuk GT dan AP. Untuk itu harus ada jalan kompromi yang anggun dan cerdas.
Boleh saja misalnya Ketum oleh Kelompok yang bersebrangan sedangkan sekjen dipegang Kelompok GT dan AP dan ditambah agar mayoritas anggota  Exco haruslah dari Kelompok GT dan SP.  Karena dalam keputusan penting tidak bisa Ketum sendirian mengeluarkan keputusan tanpa persetujuan Exco. Jadi untuk hal ini memang diperlukan sebuah ke arifan tingkat tinggi.
Tanpa  memperhatikan hal hal yang saya sebutkan diatas jangan berharap Konggres Luar Biasa sebelum 30 Juni 2011 tidak mengalami deadlock lagi. Gambaran sudah terbayang banget kalau kedua kelompok yang berseberangan tetap akan melakukan manuver yang saling tidak mau mengalah sangatlah  nampak. KN epigoon setia FIFA yang saat ini juga sedang rusak citra karena terbelit skandal suap dan korupsi, dan KN 78  tetap mengedepankan GT dan AP yang menurut kabar tetap tidak direstui FIFA menghantui Konggres yang akan datang. Bila lobby dari mereka yang punya extra kekuatan dan dihormati kedua belah pihak yang berseberangan tidak dilakukan dengan cermat dan netral jalan buntu membentang. Waktu 30 hari tidaklah panjang, jika kepentingan Politik untuk menggunakan PSSI sebagai alat kampanye jelang 2014 tidak bisa dijinakkan maka kegagalan ada didepan mata. Memang idealnya Olahraga janganlah dijadikan kepanjangan partai politik, tetapi masa sekarang haruslah kita melihat kenyataan bahwa khususnya di Indonesia hampir tidak mungkin. Setiap kegiatan yang melibatkan ratusan ribu publik akan membuat para elit  politik keluar liur, karena akan bisa digunakan untuk memikat kerumunan masa ini kearah maksud politik sebuah partai. Jadi tetap sulit bagi Konggres Luar Biasa PSSI 30 Juni untuk bisa berjalan dengan landai dan terkendali. Kepentingan politik, olahraga, kekuasaan dan permainan uang selalu tali temali dan hanya kearifan nurani, kejujuran dan ketulusan yang akan bisa membawa jalan keluar. Sayangnya hal terakhir itu merupakan barang langka dan sulit dicari. Orang awam hanya bisa berharap semua berjalan mulus dan berhasil membawa sepakbola Indonesia ke tingkat dunia. Semoga ramalan saya dengan judul diatas salah dan keliru. Amien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H