Mohon tunggu...
Prasodjo prijonggo
Prasodjo prijonggo Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di perusahaan multi nasional, sekarang pensiun dan menyukai novel pramudya ananta tur, remy silado dan dan brown.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Indonesia Compang Camping Menuju Seagames XXVI

15 Juni 2011   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4.5 bulan lagi negeri zamrud khatulistiwa Indonesia Raya akan menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se Asia Tenggara. Opening Ceremony yang akan diadakan di Palembang pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 seyogyanya akan menjadi sebuah kenangan manis bagi seluruh peserta, utamanya bagi tuan rumah yang berharap menjadi juara umum. Karena angka kembar 11.11.11 baru akan uncul seratus tahun lagi di abad ke 22. Tapi apakah tuan rumah yang telah 7 kali menjadi juara umum akankah mengukir menjadi  8 kali. 3 kali kita menjadi tuan rumah dan ketiga tiganya keluar sebagai juara umum dan kali ini adalah kali ke empat menjadi tuan rumah dan ngarep banget jadi juara umum. Saya tidak akanberbicara cabang demi cabang karena selain data sulit didapat cukuplah saringan pemberitaan koran jadi acuan. Dari pemberitaan koran saja kita sudah akan bisa menarik sebuah kesimpulan : Sulit kita menjadi juara umum kecuali ada keajaiban.

Sebuah target telah di tancapkan tapi apakah telah diterjemahkan dalam sebuah action plan yang memadai untuk masing masing PB? Kalaupun sudah apakah langkah demi angkah telah di lakukan dengan baik dan benar? Lalu siapa yang akan memberi penilaian dan kalau ada langkah langkah yang keliru adakah tindakan yang mengkoreksi agar benar? Semua jawaban tersebut bisa saja dijawab dengan sudah oleh yang berwenang dalam hal ini bisa Kemenpora, KOI, Satgas Prima atau oleh PB masing masing. Mungkin sebagian sudah seperti pengiriman beberapa cabang mengikuti Kejuaraan regional. Namun hal itu sangat disangsikan mengingat pembangunan sarana aja mulur mungkret tanpa target yang jelas. Satgas Prima juga tidak menyajikan data tentang kemajuan dari masing masing atlet atau minimal masing masing PB, jadi umum menjadi buta tentang kemajuan Pelatnas masing masing Cabor.

Saya bilang compang camping selain dilanda kisruh Nazarudin dengan suap menyuap Wisma Atlet, belum jadinya Venues untuk Atletik, Aquatic dan Menembak juga kurangnya dana bagi cabang olahraga untuk berlatih apa lagi uci coba. Tengok saja berita Timnas Sepakbola yang tidak ada uji coba ke luar egeri karena tidak ada dana cukup dengan dari Club ISL. Belum lagi mereka setengah hati berlatih mengingat masalaribut PSSI yang tak kunjung selesai. Atlet Senam yang berlatih sendiri dengan patungan antar atlet dan pelatihnya. Atlet renang yang hanya mengukur dengan diri sendiri tanpa uji coba dengan atlet negara lain. Bulutangkis yang keok melulu pelapis kedua belim siap selalu angin anginan dalam unjuk performa. Beruntung Malaysia mengirim atlet muda pelapis Lee Chong Wei. (ini genius karena sasaran mereka bukan lagi tingkat kecamatan Asia Tenggara). Atletik hanya berharap pada Trianingsih, Suryo plus teman estafetnya dan Dedeh Erawati saja. Menembak yang selalu kalah dengan Thailand demikian pula Tinju mana bisa lawan Thailand dan Philipina? Padahal cabang cabang tersebut adalah paling banyak menyediakan medali. Kita semua masih berharap pada orang orang kuat di cabor Angkat Besi dan Angkat Berat namun jangan salah disini Myanmar juga cukup kuat bersaing. Ada juga sedikit tambahan dari atlet selam yang juga berjaya di kejuaraan dunia dan oh ya tentu saja Perahu Naga. Rasanya sungguh berat dengan persiapan yang compang camping ini untuk menjadi Juara Umum. Secara psikis atlet yang sedang bersiap bertanding tentu akan merasa risih dengan adanya berita berita tentang kasus suap dan belum siapnya venues. Secara fisik dan tehnik mereka kurang uji coba dengan atlet atlet negara lain jadi suasana pertandingan tidak mereka dapat atmosfer persaingan dalam pertandingan tidak juga dirasakan. Dengan cara seperti ini masih beranikah kita berharap jadi nomor wahid di Asia Tenggara dibidang Olahraga? Tapi semua bisa saja terjadi bukankah Kemerdekaan kita hanya dibekali semangat juang dengan peralatan perang yang jauh kalah kelas dengan Belanda, Jepang dan Inggris? Semangat ini mudah mudahan bisa mengilhami atlet atlet kita.

Memang saya tidak mempunyai data yang akurat namun hanya berdasar berita berita di media cetak maupun elektronik sekali lagi ini hanya pengamatan sekilas sambil tetap berharap Atlet kita mengempos semangat demi Merah Putih dan Garuda di Dadaku dan mengejar bonus yang ratusan juta untuk meraih emas. Inilah yang kita hadapi sebagai fakta. Tetap berharap, tetap berdoa, tetap berusaha supaya atlet kita tidak terpengaruh dan mengerahkan segala kekuatan untuk meraih yang terbaik. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun