1) Sunan Drajat
Sunan Drajat dimakamkan di di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Lamongan. Sunan Drajat pertama kali ke pantura menaiki perahu, di tengah-tengah jalan beliau kena musibah, perahunya terombang-ambing ombak dan hancur seketika di tengah-tengah laut, lantas beliau berdoa sambil memegang gayung "Naliko mboten njenengan tulung, kulo pejah ten segoro gusti" Seketika doanya terijabah, tidak lama datanglah seekor ikan besar, di sejarah walisongo ada yang mengatakan itu ikan talam, ada yang mengatakan juga ikan hiu, tapi aslinya ikan cucut, beliau di tolong sampai daratan dengan selamat lalu beliau berkata "matur swun iwak cucut, aku riko tulungi sampek pinggir kene, selamet aku" Beliau juga berjanji bahwa seanak turunnya orang drajat nggak boleh sampai melukai ikan cucut bahkan sampai memakannya, "barang siapa orang drajat yang sampai berani memakan ikan cucut akan terkena penyakit yang susah di sembuhkan sampai 7 turunan" Itu ngendika belia. (Di kutip dari kentrungan solokuro https://youtu.be/NDJsq13KW1o)Â
Beliau wafat sekitar tahun 1522 M dan dimakamkan di perbukitan Drajat, Paciran, Lamongan. Makam beliau terletak di posisi paling tinggi dan berada di belakang.
Sementara itu, di dekat makam terdapat museum peninggalan Sunan Drajat, termasuk kumpulan tembang pangkur, gamelan, dan juga dayung perahu yang pernah menyelamatkannya.
Selain melakukan pemugaran komplek makam, pemerintah setempat Kabupaten Lamongan juga mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat untuk mengenang jasa para wali dan Sunan Drajat yang menyebarkan agama Islam di Jawa khususnya Lamongan. Museum ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1992, dan letaknya di sebelah timur makam Sunan Drajat.
2) sunan Sendang
  Makam Sunan Sendang Duwur yang letaknya di atas bukit itu, terdapat di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran. Walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai memudahkan para pengunjung yang ingin kesana untuk berwisata ziarah.Sunan Sendang Duwur adalah putra Abdul Qohar dari Sedayu (Gresik), salah satu murid Sunan Drajad.Â
Letak Makam Sunan Sendang Duwur berada di area belakang, sehingga mengharuskan pengunjung untuk melewati gerbang kayu lagi. Di sebelah makam, ada masjid besar yang berdiri kokoh dan dibangun pada 1531 masehi. Sunan Sendang Duwur pun berperan dalam pembangunannya. Berdasarkan cerita, Sunan Sendang Duwur memindahkan sendiri masjid tersebut hanya dalam waktu satu malam dari Mantingan, Jepara, Jawa Tengah.
Di makan ini juga terdapat dua sumur diantaranya:
a) Sumur Giling.Â
Sumur giling mempunyai ketinggian sekitar 35 meter. Dinamakan Sumur Giling karena cara kerja untuk menimba air adalah menarik kumparan tali yang diputar seperti gilingan.Â