Blok Mahakam yang berlimpah cadangan gasnya itu hanya dinikmati oleh Total E&P Perancis dan Inpex Jepang dengan komposisi 50-50. Padahal produksi harian blok ini mencapai 2,5 BCF perhari. Bahkan sebanyak 80% kebutuhan kilang LNG Bontang berasal dari blok Mahakam ini.
Ironisnya, 87% gas nasional dikelola oleh pihak swasta. Itu belum memperhitungkan blok yang dikelola oleh Pertamina dengan menggandeng pihak swasta. Dengan asumsi produsen utama demikian; Total (27%), Conoco (17%), Pertamina & Co (13%) dan Britis Petrolium (12%).
Blok Mahakam di Kaltim yang dikuasai oleh perusahaan Prancis Total dan perusahaan Jepang Inpex ini akan berakhir masa kontraknya pada 2017. Pada tahun 2008 kemarin, Pertamina sebagai perusahaan negara, sudah meminta pemerintah agar bisa mengelola blok Mahakam. Sayang, Pemerintah lebih senang jika Total dan Inpex tetap di Mahakam. Pertamina dianggap tak mampu baik dari sisi teknologi maupun biaya.
Padahal, total cadangan yang terkandung di blok Mahakam ini sekitar 27 TCF. Dari 1970 hingga 2011, baru sekitar 50% (13,5 tcf) yang telah dieksploitasi. Dengan cadangan tersisa saat ini sekitar 12,5 tcf dan harga gas yang terus naik dari waktu ke waktu. (asumsi rata-rata harganya US$ 15/MMBtu). Maka blok Mahakam berpotensi menghasilkan pendapatan kotor US$ 187 milyar (12,5x1012 x1000 Btu x $15/106 Btu) atau sekitar Rp 1.700 trilyun.
(Untuk hari ini saja, harga ekspor migas Blok Tangguh, Papua mencapai 3,345 dollar AS. Menurut keterangan SKK Migas, harga Migas Blok Tangguh masih bisa naik mencapai angka 7-11 dollar AS per juta Btu (million British thermal unit/MMBtu).
Andaikata pemerintah mau mengelola dengan baik, saya kira harga elpiji bisa tak semahal sekarang, dan praktis tidak akan ada kelangkaan elpiji. Selain harga elpiji akan menjadi murah, migas juga bisa digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar batu bara PLN. Listrik pun murah, dan tak akan terjadi lagi pemadaman bergilir seperti yang sering terjadi sekarang ini.
___
*sumber: kompas.com, mas obet dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H