Mohon tunggu...
Abdur Rahman
Abdur Rahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kader Muda NU

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Sutarman, antara Tugas dan Kewibawaan Polri

23 Januari 2015   13:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365774" align="alignnone" width="780" caption="Mantan Kapolri Jendral Sutarman nasional.kompas.com"][/caption]

Pergantian Kapolri yang berlangsung alot dan rumit oleh Presiden Jokowi diketahui betul oleh mantan Kapolri sebagaimana penuturannya bahwa Sutarman mengetahui apa yang terjadi di tubuh Polri, "Saya tahu banyak masalah di kepolisian dan negeri ini, tapi saya tidak akan bicara banyak," ujar Sutarman dalam amanat upacara penyerahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Kapolri kepada Wakapolri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti di Rupatama, Mabes Polri, Rabu (21/1/2015).

Kegelisahan Sutarman ini mengingatkan pada George Orwell mantan perwira polisi zaman penjajahan yang di tugaskan di Burma yang kemudian membenci pekerjaan kepolisian dan meninggalkannya untuk selamanya, Orwell kala itu bertugas mengamankan masyarakat dari amukan seekor gajah yang menginjak mati seorang kuli dari India, dengan gigih dan semangat Orwell mengejar gajah menggunakan bedil bersamaan diikuti warga desa sampai di persawahan. Namun apa disangka gajah itu terdiam santun sedang makan rumput dan sangat jinak. Sebagai seorang polisi Orwell yakin betul bahwa tidaklah bijaksana untuk menembak mati gajah itu, Selain membunuh multifungsi yang sangat berharga juga akan berdampak kerugian besar bagi pemiliknya. Namun, pada saat sama ia juga sadar ia akan tampak sangat bodoh di hadapan warga masyarakat dengan wajah penuh harap bilamana tidak melakukannya.

Alhasil Orwell menembak mati gajah itu dari jarak yang sangat dekat. Cara yang sangat tidak efektif dan pengecut ini sengaja dipilih Orwell semata-mata agar tidak ditertawakan dan menghina institusi kepolisian.

Pilihan Jendral Sutarman untuk diam mengenai kondisi Polri seperti halnya pilihan Orwell yang menembak mati gajah yang semata-mata karena untuk menjaga institusi kepolisian. Jika gajah mati satu, maka akan lahir gajah-gajah berikutnya. Sebagaimana hilangnya Sutarman dari Kapolri akan tergantikan oleh Sutarman-sutarman berikutnya.

Jika Orwell tidak membunuh Gajah, kemungkinan besar warga desa tidak akan mempercayai institusi kepolisian biarpun hanya diwakili Orwell dan anak buahnya. Sebagaimana jika Sutarman ikut larut membeberkan semua permasalahan yang ada di tubuh Polri, maka akan berdampak ketidak percayaan masyarakat terhadap institusi polri, ditambah lagi kesalahan di internal tubuh polri tidak dilakukan oleh semua anggota polri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun