Mohon tunggu...
Dwi Andini
Dwi Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Sosiologi UNJ 2022

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Program "Makan Siang Gratis" Efektif dalam Menangani Masalah Stunting di Indonesia?

1 April 2024   20:58 Diperbarui: 1 April 2024   21:01 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita melihat angka stunting dalam setiap provinsi yang ada di Indonesia, ada enam provinsi yang menempatkan posisi kasus stunting tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (37,8), Sulawesi Barat (33,8), Aceh (33,2), Nusa Tenggara Barat (31,4) dan Kalimantan Selatan (30,0). Sementara itu, ada juga beberapa provinsi yang memiliki kasus stunting yang tergolong rendah dan kurang dari 20 persen yaitu Bali (10,9), DKI Jakarta (16,8), Yogyakarta (17,3), Kepulauan Riau (17,6), Lampung (18,5), dan Bangka Belitung (18,6). 

PROGRAM MAKAN SIANG GRATIS PRABOWO-GIBRAN

Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran ramai dibincangkan publik. Prabowo-Gibran mengklaim bahwa program makan siang gratis ini dapat membantu menyelesaikan masalah kekurangan gizi dan dapat mengatasi masalah stunting. Program ini nantinya akan diberikan kepada 82,9 juta penduduk masyarakat Indonesia. Dari total jumlah penduduk tersebut, sekitar 74,2 juta akan dialokasikan kepada murid SD, SMP, SMA, dan SMK. Kemudian 4,3 juta lainnya akan diberikan kepada para santri, Sementara 4,4 juta lainnya akan diberikan kepada ibu hamil. 

Program yang diusung oleh pasangan Prabowo-Gibran ini disebut membutuhkan biaya sebesar 46o triliun per tahunnya. Makanan yang terdistribusi nantinya dipastikan memenuhi standar gizi nasional. Program "Isi Piringku" dijadikan sebagai acuan dalam program makan siang gratis yang memuat ; karbohidrat atau makanan pokok;  nasi sebesar 150 gr, lauk hewani sebesar 75 gr, lauk nabati sebesar 100 gr, sayuran sebesar 150 gr, dan buah-buahan sebesar 150 gr. 

Tim sukses dari Prabowo-Gibran juga menyatakan bahwa program ini nantinya program makan siang gratis yang dijalankan akan menggerakan para pelaku UMKM dan dapat menumbuhkan roda perekonomian masyarakat. Program makan siang gratis ini juga sudah dijalankan di beberapa negara. Menurut laporan Global Child Nutrition Foundation (GCNF) ada 125 negara yang sudah menerapkan program makan di sekolah. Sementara berdasarkan data World Food Programme (WFP) di tahun 2022, ada 176 negara dengan angka 418 juta anak di sekolah telah menerima manfaat dari program makan di sekolah.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, menyatakan bahwa nantinya program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran akan ada tiga tahapan yaitu makan siang yang dikhususkan untuk anak sekolah, makan siang gratis yang dikhususkan untuk ibu hamil, dan yang terakhir makan siang gratis yang dikhususkan untuk balita. Anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran juga menyatakan bahwa program makan siang gratis di tahap pertama nantinya akan dialokasikan ke daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (3T) dan daerah miskin. 

Program ini juga sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko mengungkapkan bahwa nantinya program ini akan membutuhkan biaya skala penuh hingga Rp 450 triliun per tahun. Total gambaran biaya tersebut akan digunakan untuk memenuhi komposisi makanan 4 sehat dan 5 sempurna, yaitu membutuhkan sebesar 6,7 juta ton beras per tahun, 1,2 juta ton daging ayam per tahun, 500 ribu ton daging sapi per tahun, 1 juta daging ton ikan per tahun, serta berbagai kebutuhan sayuran dan buah-buahan.

Apakah Program Makan Siang Gratis Efektif Untuk Mencegah Stunting?

Ramainya perbincangan mengenai Program Makan Siang Gratis yang ditujukan untuk mengatasi masalah stunting menuai berbagai macam perspektif dari para ahli maupun masyarakat. Para ahli menilai bahwa Program "Makan Siang Gratis" yang diusung oleh Prabowo-Gibran tidak cukup efektif untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia. Dokter dari Griffith University Australia Dicky Budiman, mengungkapan bahwa program yang diusulkan oleh Prabowo-Gibran ini bukanlah solusi yang tepat untuk mencegah masalah stunting di Indonesia. 

Ia mengungkapkan bahwa masalah stunting di Indonesia tidak semata-mata hanya masalah gizi tetapi juga harus diperhatikan alasan mengapa anak dan para ibu hamil tersebut kekurangan gizi. Kondisi lingkungan sosial dan ekonomi yang kurang memadai juga dapat menjadi salah satu penyebab mengapa anak mengalami stunting. Oleh karena itu, dengan mengadakan program tersebut belum tentu efektif dalam mengatasi masalah stunting hingga ke akarnya.

Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) juga mengkritik program "Makan Siang Gratis" yang diusulkan oleh pasangan Prabowo. CISDI menilai bahwa pasangan Prabowo-Gibran perlu mengkaji ulang program tersebut. CISDI juga menilai bahwa pemberian susu kurang tepat jika dianggap sebagai kandungan gizi yang wajib diberikan kepada masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Indonesia yang menderita kesulitan dalam mencerna laktosa yang terdapat dalam produk susu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun