Pertama kali turun ayat Quran, adalah Iqra artinya bacalah. Hari ini adalah tanggal 17 Ramadan. Tanggal pertama kalinya Qur'an diturunkan, nuzululquran.
Betapa mulia kata Iqra. Artinya kita sebagai hamba Allah harus bisa membaca dalam kata kutip. Arinya bisa membaca dan belajar. Rasulullah  diminta belajar bukan membaca sebab Rasulullah ummi, tidak bisa membaca, papar alm Buya Syakur di laman Youtube.
Sedang umatnya diminta belajar dan membaca. Iqra juga bermakna menulis. Kegiatan ini bagian dari belajar. Ketika saya menantang diri untuk menulis otomatis harus menambah amunisi, agar tulisan tidak kering. Selama Ramadan mulai membaca buku, tak ada yang lebih favorit semuanya saya suka dan penting. Â
Kegiatan membaca adalah kegiatan mewah bagi saya. Kemewahan yang saya harus bayar dengan mengurangi waktu tidur. Atau juga penguasaan diri dari kenyamanan scrolling layar media sosial. Biasanya baik saya akan buka media sosial hanya sebentar sambil rebahan istirahat, tanpa disadari satu jam. Â
 Jadi ketika saya ingin menulis mau tak mau membaca buku dan muaranya jadi belajar. Up rade ilmu. Â
Ada bebarapa buku yang hampir saya baca tiap hari selama bulan Ramadan dan menjadi rujukan saya menulis, berikut buku tersebut:
 Judul, Syarah 10 Muwashafat: memuat 10 karakter muslim tangguh;
Salimul aqidah, bersih aqidahnya
Shahihul ibadah, benar ibadahnya
Matinul khuluq, teguh akhlaknya
Qawiyyul jism, kuat fisiknya
Mutsaqqaful fikr, berwawasan akalnya
Qadirun 'alal kasb, mampu bekerja
Munnazzhamun fi syuunihi, teratur dalam segala urusannya
Harishun 'ala waqtihi, bersungguh-sungguh menjaga waktunya
Nafi'un lighairihi, bermanfaat bagi yang lain
Mujahidun linafsihi, bersungguh-sungguh mengendalikan hawa nafsunya
Tak jauh dari tema menulis di Ramadan Cerita, Kompasiana, misal tentang ibadah, kuat fisiknya, Â teratur dalam segala urusan, dan bersungguh-sungguh menjaga waktunya.
Dalam buku tersebut disebutkan sifat qadirun 'alal kasbi mengharuskan seseorang mengetahui berbagai informasi dan pengetahuan yang wajib ia pelajari. Tentu ini diperoleh dengan membaca dan belajar. Keinginan untuk belajar harus dari diri sendiri. Â
Menulis adalah pengejawatahan dari membaca dan belajar. Merangkum berbagai pengetahuan baik membaca buku fisik ataupun digital, meramu berbagai ketrampilan dan pengalaman yang didapat dari proses belajar. Hasil tulisan berbagai bentuk bisa menjadi sebuah buku, jurnal, tulisan kecil di media sosial atau tulisan di blog. Â
Menulis boleh jadi menjadi saluran ilmu. Sebagai pribadi, nafi'un  lighairihi, bermanfaat bagi orang lain. Dengan menulis berarti memperpanjang ilmu yang diperoleh dari membaca dan  belajar. Â
 Buku kedua Looking after your Mental Health. Saya mengunyah buku ini pelan-pelan agar paham . Membaca buku ini seperti refleksi, teringat tema menulis kemaren tentang lagu religi. Juga belajar memahami emosi dalam diri baik positif ataupun negatif. Membaca diri sendiri dan sinyal yang ada dalam diri.  Belajar memahami emosi diri dan mengelolanya dengan baik. Sering dengan menulis mengenai perasaan dalam catatan pribadi membuat lepas dari jeratan emosi negatif.  Pernah bertahun yang lalu kegiatan blogging adalah terapi jiwa.Â
Buku yang saya pinjam dari perpustakaan sekolah Tetum Bunaya ini memuat tentang pengertian mental health, inside your brain, how do you feel, who are you, friends, family, mental health problems dan seterusnya. Penulisnya Alice James dan Louise Stowell. Membaca buku setebal 269 halaman ini, lumayan mereduksi pikiran negatif. Â
Kesimpulannya makna Iqro, memang  membaca, belajar dan menulis. Tugas kita sebagai abdi atau hamba Allah sebagai khalifah di bumi ini adalah mengembangkan semua pontensi atau fitrah yang dimiliki dengan cara membaca, belajar dan menulis sebagai jalan untuk pengamalannya. Â
Selamat memperingati Nuzullul Quran, sahabat. Semoga semangat iqro selalu bertumbuh.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H