Kalian pernah denger orang mendaki gunung? Tentu jawabannya pernah, bukan? Tentu kalimat tersebut sudah tidak asing bagi kita atau bahkan dari kalian ada yang hobi mendaki gunung?
Hobi? Hobi menurut saya adalah sebuah kegiatan yang disukai dan selalu dilaksanakan atau dilakukan setiap adanya waktu luang.
Jujur, saya pribadi punya hobi mendaki gunung. Ini pengalaman pertamaku mendaki Gunung Penanggungan via Tamiajeng. Waktu itu saya mendaki waktu duduk di kelas 3 smp atau bisa disebut kelas 9.Â
Beberapa ajakan-ajakan untuk mendaki, tapi selalu gagal. Seiring waktu berjalan saya memberanikan diri untuk mendaki dengan beberapa orang 3 teman saya dan teman lainnya. Meskipun tau resiko besar mendaki gunung sangat fatal seperti banyak godaan mistis.
Sebelumnya, kami mendaki di jam 15.00 sore hari. Ya, mulailah pendakian kami. Di pos I, setelah selesai melalui registrasi dan cek kesehatan mendapatkan arahan berupa hal yang boleh atau tidaknya dilakukan saat mendaki gunung.
Perjalanan dimulai, kami sangat bersemangat dengan satu tujuan puncak. Cuaca saat itu kurang mendukung, waktu setengah perjalanan turunlah hujan ketika saya sampai di pos II. Disitu kita berteduh sekaligus merehat atau mengatur nafas. Nggak lama kemudian hujan pun reda, kita melanjutkan perjalanan tibalah jalur yang sesungguhnya, tangga berbatuan tiada henti.Â
Sambil membawa atau menggedong tas carrier yang 60 L bermuatan penuh. Shelter (tempat berteduh) demi shelter dan diantara, seringkali saya meminta break atau berhenti beberapa menit. Semakin saya sadari kalau mendaki gunung juga harus bisa mengatur nafas atau bisa melakukan olahraga sebelumnya biar nggak kaget ketika melakukan pendakian.Â
Satu hal yang paling saya rasakan di proses pendakian ini adalah status, usia, jenis kelamin, jabatan, semuanya sudah dilepaskan sejak dari basecamp. Kita semua orang yang bertujuan untuk menang dalam proses menuju puncak, dan saling bekerjasama satu sama lain sebagai tim.
Singkat cerita, tibalah di post IV atau pos terakhir. Kita akan bermalam di puncak bayangan sehabis melawati pos IV. Sesampai di pos IV hujan turun lagi, kita memutuskan untuk berteduh sekaligus memasak mie untuk mengisi perut sambil menunggu reda. Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB atau jam 5 sore, langit pun sudah gelap.Â
Nggak lama kemudian hujan pun reda, kami mengambil senter karena langit pun sudah gelap. Kami melanjutkan perjalanan dengan berbagai sambatan jalur yang cukup curam. Disini tenaga kita dikuras habis, waktu menunjukkan pukul 18.10 WIB and kita sampai di puncak bayangan.Â
Kemudian kita mendirikan tenda, setelah tenda berhasil berdiri kita menyempatkan berganti pakaian agar tidak masuk angin selepas itu kita tertidur pulas.