Jember, sebuah kota di Jawa Timur yang terkenal dengan kreativitasnya melalui acara  Jember Fashion Carnaval. Jember memiliki potensi seni yang belum sepenuhnya tereksplor , contohnya  mural dan street art. Seni jalanan ini bukan hanya cara untuk mempercantik kota saja, tetapi juga bisa menjadi media yang kuat untuk menyampaikan pesan sosial, budaya, dan identitas lokal yang dimiliki oleh Jember.
Saat ini, seni mural di Jember masih terbatas pada beberapa dinding di area kampus, kafe, atau sudut kota tertentu. Namun, karya-karya yang sudah ada menunjukkan kreativitas dan semangat anak muda yang tinggi. Potensi seni ini dapat dioptimalkan dengan menggali tema-tema lokal, seperti keindahan alam di Jember, kearifan lokal yang menonjolkan kebudayaan yang ada di Jember, Tari Lahbako, Batik Jember, dan tradisi masyarakat pedesaan.
Dengan menggali nilai budaya lokal dan memanfaatkan ruang publik, seni ini dapat memberikan dampak signifikan bagi masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha di Jember. Mural dapat menjadikan Jember lebih menarik bagi wisatawan, terutama generasi muda yang mencari destinasi dengan estetika unik untuk diabadikan di media sosial. Beberapa kota seperti Yogyakarta dan Malang telah berhasil memanfaatkan mural sebagai daya tarik wisata yang mendorong kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara, sehingga membuka peluang ekonomi pelaku UMKM di sekitar area mural dapat memanfaatkan peningkatan kunjungan wisata untuk menjual produk lokal, seperti makanan khas, cenderamata, atau jasa fotografi.
Mural dan street art memberikan peluang kerja bagi seniman lokal. Dalam ekosistem ekonomi kreatif, seniman tidak hanya berkarya untuk estetika, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi melalui komisi, kolaborasi, dan pemasaran karya mereka. Mural yang mengangkat tema budaya Jember seperti batik, cerita rakyat, atau keindahan alamnya dapat menjadi media promosi identitas lokal. Ini sejalan dengan prinsip ekonomi kreatif yang berakar pada nilai budaya. Produk berbasis seni mural, seperti kaos, poster, atau kartu pos, dapat diproduksi dan dijual sebagai cenderamata khas Jember. Brand lokal juga dapat menggunakan mural sebagai elemen pemasaran visual untuk produk mereka, menggabungkan seni dan bisnis.
Mengembangkan mural dan street art sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Jember tentu tidak lepas dari berbagai tantangan. Berikut adalah beberapa tantangan
- Kurangnya Apresiasi  dari masyarakat  dan Kebijakan Pemerintah
Tidak semua pihak melihat mural dan street art sebagai bagian dari ekonomi kreatif yang potensial. Sebagian masih menganggap seni jalanan sebagai aktivitas informal yang kurang bernilai, sehingga minimnya regulasi yang mendukung, seperti perizinan ruang publik untuk mural. Tidak semua ruang di Jember cocok untuk mural, sementara ruang kosong yang tersedia sering kali dibiarkan tanpa pemanfaatan. Terkadang seniman mengalami kendala izin dari pemilik properti untuk melukis di dinding mereka.
Sebagian masyarakat belum sepenuhnya memahami seni mural sebagai bagian dari budaya kreatif. Ada pandangan bahwa mural hanya sekadar coretan dinding tanpa nilai. Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana seni mural dapat mempercantik kota dan meningkatkan nilai ekonomi kawasan.
- Vandalisme dan Perawatan
Ada risiko karya mural dirusak oleh aksi vandalisme seperti coretan atau grafiti liar yang tidak sesuai estetika. Mural yang tidak dirawat juga  akan memudar atau rusak, sehingga dapat mengurangi daya tariknya seiring waktu.
- Kompetisi dengan Seni Digital
Seni digital yang berkembang pesat melalui platform media sosial atau aplikasi terkadang menggeser perhatian publik dari seni fisik seperti mural.
Oleh karena itu Pemerintah daerah perlu mengeluarkan kebijakan khusus yang mendukung seni mural, seperti penyediaan ruang legal untuk berkarya dan dana untuk proyek seni publik. Edukasi kepada pemangku kebijakan tentang dampak ekonomi mural melalui studi kasus kota-kota sukses, seperti Malang atau Bandung. Adakan kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, atau acara seni untuk mengenalkan manfaat mural dan street art. Buat mural dengan tema yang relevan dengan kehidupan masyarakat, seperti pesan sosial atau budaya lokal, untuk meningkatkan rasa kepemilikan dan kebanggaan warga. Libatkan masyarakat sekitar untuk menjaga mural, misalnya dengan program gotong royong membersihkan area dan menggunakan material berkualitas tinggi dan pelapis anti-grafiti agar mural lebih tahan lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H